Adapunkegiatan Shalat Tarawih yang dilaksanakan di sini ialah 8 rakaat Tarawih ditambah 3 rakaat Witir dengan ketentuan 2 rakaat sekali salam. Sedangkan pada Shalat Witir ketentuannya ialah 2 rakaat sekali salam, lalu dilanjutkan 1 kali salam. Biasanya pada rakaat kesebelas, imam membaca Surah Pendek Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas secara The Islamic and the Nusantara tradition shows that Ramadan is always welcomed with joy. Therefore, Ramadan is related to happiness. This quantitative research analyzes how changes in happiness occur as the coming of Ramadan. The respondents are 117 muslims adult who have received pesantren education. The results showed that significant differences in positive emotions between weeks 3, 2, and 1 before the coming of Ramadan. Meanwhile, negative emotions did not show a significant decrease. Then, the correlation test results show there is a positive correlation between the arrival of Ramadan with positive emotions. Meanwhile, the correlation test was negative with negative emotions. This research proves the coming of the month of Ramadan associated with increasing happiness of a muslim. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Psikologi Islam dan Budaya Edisi Oktober 2019, ISSN online 2615-8183 / print 2615-8191 Hal. 51-62 DOI Pendahuluan Bulan Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Pada bulan ini, kaum muslimin diwajibkan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Ibadah puasa dilaksa-nakan dari terbit hingga terbenam matahari Syam, 2017. Aktivitas puasa ini membuat bulan Ramadan pun menjadi bulan dengan nuansa yang sangat berbeda. Bulan Ramadan merupakan bulan ibadah. Dalam keyakinan seorang muslim, ibadah pada bulan Ramadan menjanjikan banyak pahala dari Allah Swt. Syam, 2017; Zaprulkhan, 2007. Bulan Ramadan menjadi semakin istimewa, karena di dalamnya terdapat peristiwa turunnya Alquran dan malam Lailatul Qadr. Dalam ajaran Islam, malam Lailatul Qadr adalah malam dimana rahmat dan ampunan Allah melimpah ruah yang mampu membersihkan dosa-dosa yang telah lalu Syam, 2017. Kaum muslimin pun sangat menanti-nanti kehadiran bulan Ramadan. Saat waktunya tiba, dengan gegap gempita semboyan “Marhaban Ya Ramadan” menyebar dalam kesehariannya. Poster-poster dengan semboyan tersebut berte-baran, baik di jalan, di media massa, bahkan hingga di media sosial. Bulan Ramadan menawarkan hal-hal positif di dalamnya. Adanya hal-hal positif yang menyenangkan dapat membuat seseorang merasakan kegem-biraan Muhopilah, Gamayanti, & Kurniadewi, 2018. Nuansa gembira menyambut bulan Ramadan pun tertuang dalam salah satu hadis. Rasulullah Saw. bersabda “Barangsiapa bergembira dengan masuknya Bulan Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka”. Dalam tradisi ulama-ulama salaf Bulan Ramadan dan Kebahagiaan Seorang Muslim Royanulloh1, Komari2 1,2 UIN Walisongo, Jl. Walisongo No. 3-5 Kota Semarang e-mail royanulloh Abstract/ Abstrak Keywords/ Kata kunci The Islamic and the Nusantara tradition shows that Ramadan is always welcomed with joy. Therefore, Ramadan is related to happiness. This quantitative research analyzes how changes in happiness occur as the coming of Ramadan. The respondents are 117 muslims adult who have received pesantren education. The results showed that significant differences in positive emotions between weeks 3, 2, and 1 before the coming of Ramadan. Meanwhile, negative emotions did not show a significant decrease. Then, the correlation test results show there is a positive correlation between the arrival of Ramadan with positive emotions. Meanwhile, the correlation test was negative with negative emotions. This research proves the coming of the month of Ramadan associated with increasing happiness of a muslim. muslim; ramadan; happiness Dalam tradisi Islam maupun nusantara, bulan Ramadan terbiasa disambut dengan penuh suka cita. Oleh karena itu, bulan Ramadan diduga berkaitan dengan kebahagiaan. Penelitian kuantitatif ini bertujuan menganalisa perubahan kebahagiaan pada seorang muslim seiring datangnya bulan Ramadan. Responden berjumlah 117 orang muslim dewasa yang pernah mengenyam pendidikan pesantren. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan emosi positif yang signifikan antara minggu ke-3, ke-2, dan ke-1 menjelang datangnya bulan Ramadan, sementara emosi negatif tidak menunjukkan penurunan yang signifikan. Hasil uji korelasi memperlihatkan terdapat korelasi positif antara datangnya bulan Ramadan dengan emosi positif, serta sebaliknya berkorelasi negatif dengan emosi negatif. Hal ini membuktikan datangnya bulan Ramadan berkaitan dengan peningkatan kebahagiaan seorang muslim. muslim; bulan ramadan; kebahagiaan BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM 52 JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, terdahulu, terkenal ucapan doa yakni “Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadan, selamatkan Ramadan untukku, dan selamatkanlah aku hingga selesai Ramadan”. Dalil maupun doa yang disebutkan, secara langsung menegaskan bahwa bagi seorang muslim rasa bahagia ketika bulan Ramadan datang adalah sebuah keniscayaan. Rasa bahagia ini pun diekspresikan dengan amalan-amalan khusus. Dalam tradisi Islam, setidaknya ada tiga amalan saat menyambut bulan Ramadan, yakni 1 amalan hati berupa keikh-lasan dan rasa gembira, 2 berziarah ke makam orang tua yang telah mendahului, dan 3 saling memaafkan antar sesama Hadrawy, 2012; Syam, 2017. Di Indonesia, dapat disaksikan adanya beberapa tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan. Tradisi-tradisi ini sangat beragam, yang berlangsung di berbagai daerah di Indonesia. Di Aceh, terdapat tradisi makan daging bersama semua kalangan masyarakat, yang disebut Meugang. Tradisi ini telah bertahan selama 400 tahun, menjadi simbol rasa bahagia menyambut bulan Ramadan Bona, 2019. Di daerah Kudus, Jawa Tengah, masyarakat memiliki tradisi yang disebut Dandangan. Kegiatannya berupa tarian kolosal yang diselenggarakan di alun-alun Kudus. Tarian kolosal ini menceritakan mulai dari sejarah industri pengolahan tembakau di Kudus hingga sejarah Sunan Kudus Monoarfa, 2018. Di daerah Jawa Barat, tepatnya di Cileunyi Kabupaten Bandung, terdapat tradisi permainan bola api. Permainan ini dilaksanakan di malam pertama Ramadan, dilakukan oleh 10 orang anak yang dibagi menjadi dua kelompok Bona, 2019. Sementara, di Indonesia bagian timur, khususnya di Dusun Macera, Desa Mammi, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Di daerah ini berkembang tradisi Mabbaca-baca. Dalam ritual tradisi ini, warga menyajikan nasi ketan, kari ayam, telur, dan buah-buahan, serta membakar pallang atau lilin tradisional yang terbuat dari kapas dan biji kemiri. Tradisi ini merupakan ungkapan doa agar pemilik rumah diberi petunjuk dan kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa yang penuh dengan ujian kesabaran dan kejujuran Monoarfa, 2018. Tradisi-tradisi yang telah dikemukakan memperlihatkan betapa pentingnya kehadiran bulan Ramadan bagi seorang muslim Indonesia. Selain persoalan ritual ibadah, bulan Ramadan juga bertaut dengan tradisi, sehingga pengaruh-nya semakin kuat dan mengakar serta memengaruhi kehidupan sehari-hari seorang muslim. Segala kebiasaan berubah, sebisa mungkin perbuatan baik selalu dilaksanakan, sementara perbuatan jelek mesti ditinggalkan. Hal ini mengubah pola perilaku, gaya hidup, hingga perubahan psikologis Syam, 2017. Secara psikologis, baik tradisi Islam maupun beberapa tradisi budaya nusantara yang telah disebutkan, memperlihatkan adanya penguatan kebahagiaan yang muncul menjelang bulan Ramadan. Dalam hal ini, terdapat kecenderungan perubahan emosi positif saat bulan Ramadan datang. Tradisi Islam maupun tradisi nusantara, memandang bulan Ramadan sebagai bulan yang penuh dengan kesempatan melakukan perbuatan baik. Dalam Islam, kebahagiaan akan datang salah satunya saat perbuatan baik dilakukan manusia Sodiq, 2016. Bulan Ramadan pun merupakan bulan pencerahan spiritual, yang mampu meningkat-kan kesejahteraan secara psikologis, sehingga berimplikasi pada kebahagiaan Zaprulkhan, 2007. Kebahagiaan sejatinya merupakan tujuan umum yang ingin diraih oleh banyak orang Lyubomksky, Sheldon, & Schkade, 2005. Maka seseorang cenderung mendekatkan dirinya kepada faktor-faktor atau situasi yang memudahkan kebahagiaan itu diraih. Ia pun akan merasa nyaman saat berada pada kondisi yang mampu membahagiakan dirinya. Seorang individu dapat mengatur faktor-faktor ini menjadi sebuah mekanisme hidup yang menda-tangkan kebahagiaan mendalam Buss, 2000. Kebahagiaan ini ditempuh untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga keberadaannya menjadi sangat penting Costanza, Fisher, Ali, Beer, Bond, Boumans, & Snapp, 2007. BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, 53 Kebahagiaan dapat dirasakan karena faktor internal maupun faktor eksternal, seperti halnya keberadaan bulan Ramadan bagi umat Islam. Kebahagiaan juga merupakan hal yang subjektif Costanza dkk., 2007, suatu hal yang menyebabkan kebahagiaan bagi seseorang atau sekelompok orang, belum tentu menyebabkan kebahagiaan pada orang atau kelompok lainnya. Maka, kebahagiaan pun dapat berkaitan dengan lingkungan. Bagi komunitas muslim, bulan Ramadan secara subjektif menjadi sumber kebahagiaan. Kondisi bahagia memengaruhi keadaan seseorang secara keseluruhan, baik itu keadaan sosial maupun emosi. Saat seseorang sedang bahagia, ia merasakan perasaan positif pada sebagian besar waktunya, meskipun demikian sesekali dapat muncul perasaan negatif Diener & Seligman, 2002. Hal ini pun dinyatakan oleh Carra 2013, bahwa kebahagiaan sebagai keadaan psikologis yang positif, ditandai oleh tingginya tingkat emosi positif dan rendahnya tingkat emosi negatif. Dengan demikian, salah satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur kebahagiaan adalah keadaan emosi positif dalam dirinya. Semakin sering emosi positif dirasakan pada suatu periode waktu tertentu, maka semakin bahagia orang tersebut. Artinya, orang yang bahagia merasakan emosi positif tertentu yang lebih sering dibandingkan dengan emosi negatif. Berdasarkan uraian di atas, kehadiran bulan Ramadan diduga berkaitan dengan kebahagiaan. Artinya diduga emosi positif meningkat lebih tinggi ketika bulan Ramadan tiba serta sebaliknya, emosi negatif cenderung menurun. Penelitian ini bertujuan menganalisa penguatan kebahagiaan ditinjau dari perubahan emosi positif dan negatif menjelang bulan Ramadan pada seorang muslim. Bulan Ramadan dalam penelitian ini dilihat sebagai sebuah momen atau peristiwa, sehingga eksplorasi kebahagiaan difokuskan pada waktu menjelang kedatangannya. Penelitian ini berusaha membuktikan secara empiris, bahwa bagi seorang muslim kedatangan bulan Ramadan dapat menjadi faktor yang mampu meningkatkan kebahagiaannya. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan data empiris berupa angka, mengenai kebahagiaan seorang muslim saat menghadapi bulan Ramadan. Kebahagiaan seorang muslim berkaitan dengan bulan Ramadan seringkali dinyatakan dalam keseharian dan tertuang dalam teks-teks dalil, baik hadis maupun Alquran. Adapun yang berbasis data berupa angka belum banyak dieksplorasi terutama melalui penelitian kuanti-tatif. Penelitian ini menggunakan analisis korelasional, untuk melihat arah dan kekuatan hubungan antara variabel bulan Ramadan dan kebahagiaan. Untuk memudahkan analisis seca-ra statistik, kedua variabel diterjemahkan ke dalam angka. Variabel bulan Ramadan diterjemahkan menjadi waktu, diukur berdasarkan jarak waktu dalam minggu menuju bulan Ramadan. Dalam proses pengambilan data, responden terbagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan waktu. Kelompok 1 adalah kelompok yang diukur tingkat kebahagiaannya pada 3 minggu sebelum Ramadan. Kelompok 2 adalah kelompok yang diukur pada 2 minggu sebelum Ramadan. Sementara, kelompok 3 adalah kelompok yang diukur pada 1 minggu sebelum Ramadan. Setiap kelompok masing-masing terdiri dari 39 responden, sehingga jumlah total responden sebanyak 117 orang. Ketiga kelompok terdiri dari orang-orang yang berbeda. Responden penelitian diperoleh berdasar-kan teknik purposive sampling. Berdasarkan kriteria berikut 1 dewasa, 2 beragama Islam, dan 3 berstatus sebagai santri atau setidaknya pernah mondok selama mengenyam pendidikan tingkat dasar, menengah, baik SMP maupun SMA. Hal ini dimaksudkan agar penghayatan terhadap kedatangan Ramadan lebih kuat, sehingga relevan untuk dianalisa pengalaman emosi positif dan negatif yang dialami. BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM 54 JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, Untuk analisis secara statistik, proses penskoran menggunakan pedoman berikut semakin dekat waktu dengan Ramadan, semakin meningkat skor waktunya. Dengan demikian, kelompok 1 akan memperoleh skor waktu 1, kelompok 2 akan memperoleh skor 2, dan kelompok 3 akan memperoleh skor 3. Sementara itu, ukuran kebahagiaan akan dianalisa menggunakan alat ukur berupa kuesioner The Positive and Negative Affect Schedule PANAS. Alat ukur ini merupakan salah satu alternatif menganalisa tingkat kebahagiaan individu dengan mengukur sebera-pa besar emosi positif dan negatif dirasakan pada suatu kondisi tertentu. Secara konseptual, kebahagiaan ditandai dengan kondisi psikologis yang positif, dimana tingkat emosi positif lebih tinggi dibanding tingkat emosi negatif Carra, 2013. Berdasar-kan konsep ini, maka alat ukur PANAS relevan untuk digunakan dalam penelitian. Kuesioner PANAS valid untuk digunakan pada dua kondisi emosi, yakni positif dan negatif, baik pada kelompok pelajar maupun dewasa Brdar, 2014; Crawford & Henry, 2004; Watson, Clark, & Tellegen, 1988. Dengan munculnya emosi positif dan negatif, maka analisa kebahagiaan dapat dilakukan lebih detail. Kuesioner PANAS disusun untuk mengukur keadaan emosi seseorang pada jangka waktu tertentu, bisa kondisi hari ini, seminggu terakhir, atau satu tahun terakhir, sesuai dengan konteks analisis yang dibutuhkan Brdar, 2014. PANAS questionnaire terdiri dari 20 item berupa kata-kata yang menggambarkan keadaan emosi tertentu. Kuesioner terdiri dari masing-masing 10 kata berupa emosi negatif dan positif Thompson, 2007. Responden diminta mengukur rentang keadaan emosi pada masing-masing item. Ukuran keadaan emosi disimbol-kan menggunakan angka dari 1 sampai 5. Angka 1 menunjukkan suatu kondisi emosi tidak intens dirasakan, sedangkan angka 5 menunjukkan kondisi emosi sangat intens dirasakan Brdar, 2014. Masing-masing kelompok item, yakni emosi positif dan negatif, diskor secara terpisah. Skor maksimal pada masing-masing kelompok item adalah 50. Semakin dekat skor ke angka maksimal tersebut, maka kondisi emosi dirasakan semakin kuat. Agar pengisian kuesioner sesuai dengan konteks datangnya bulan Ramadan, maka kuesioner dibuka dengan pertanyaan pembuka pada kuesioner sebagai berikut “Bulan Ramadan akan datang 3/2/1 minggu lagi. Saat membayangkan akan datangnya bulan Ramadan, seberapa sering perasaan-perasaan di bawah ini Anda rasakan?”. Hasil Hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan emosi positif dan negatif pada seorang muslim seiring semakin dekatnya bulan Ramadan. Keadaan emosi positif seorang muslim mengalami peningkatan menjelang Ramadan. Berdasarkan data pada gambar 1, rata-rata skor emosi positif responden mengalami kenaikan. Skor rata-rata emosi positif pada kelompok yang diamati 3 minggu sebelum Ramadan sebesar Kelompok 2 minggu sebelum memiliki skor rata-rata sebesar Sementara, kelompok 1 minggu sebelum memiliki skor rata-rata kebahagiaan sebesar Gambar 1. Fluktuasi Emosi Positif Menjelang Bulan Ramadan Positif 3 minggu sebelum 2 minggu sebelum1 minggu sebelum BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, 55 Gambar 1. Fluktuasi Emosi Negatif Menjelang Bulan Ramadan Kondisi sebaliknya dapat diamati pada emosi negatif. Pada gambar 2, skor rata-rata emosi negatif semakin menurun seiring makin dekatnya bulan Ramadan. Pada kelompok yang diamati 3 minggu sebelum Ramadan, rata-rata skor emosi negatifnya sebesar Sementara itu, pada kelompok 2 minggu sebelum Ramadan, skor rata-rata emosi negatifnya adalah Skor ini makin menurun pada kelompok 1 minggu sebelum Ramadan, menjadi sebesar Penelitian juga menemukan perbedaan rata-rata intensitas emosi yang dirasakan, antara emosi positif dan negatif pada masing-masing kelompok. Data secara konsisten memperlihat-kan emosi positif selalu lebih tinggi dibanding emosi negatif. Tabel 1 Perbedaan Rata-rata Skor Emosi Positif dan Negatif Rata-rata Skor Emosi Positif Rata-rata Skor Emosi Negatif Tiga minggu sebelum bulan Ramadan Dua minggu sebelum bulan Ramadan Satu minggu sebelum bulan Ramadan Tabel 2 Hasil Uji One Way Anova Perbedaan Emosi Positif Tabel 3 Hasil Uji One Way Anova Perbedaan Emosi Negatif Tabel 1 memperlihatkan, baik pada waktu 3 minggu sebelum, 2 minggu sebelum, dan 1 minggu sebelum bulan Ramadan, rata-rata skor emosi positif selalu lebih tinggi dibandingkan skor rata-rata emosi negatif. Data-data menegaskan emosi positif semakin sering dirasakan menjelang tibanya bulan Ramadan dibandingkan dengan emosi negatif. Untuk menegaskan data perbedaan ini, maka dilakukan uji beda one way anova karena akan menganalisis ada atau tidaknya perbedaan tiga kelompok independen. Uji one way anova bisa dilakukan jika data yang digunakan memenuhi syarat normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas melalui tes Kolmogorov-smirnov memperlihatkan kedua kelompok data berdistribusi normal dengan nilai signifkansi masing-masing data sebesar .567 data emosi positif dan sebesar .604 data emosi negatif. Kedua nilai berada di atas taraf signifikansi penelitian, yakni .05. Sementara itu, hasil uji homogenitas berdasarkan test of homogenity variance memperlihatkan nilai masing-masing data .559 data emosi positif dan .266 data emosi negatif. Kedua nilai tersebut memenuhi uji homogenitas karena berada di atas taraf signifikansi .05. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, berlanjut pada uji one way anova. Uji one way anova fokus pada analisa Negatif 3 minggu sebelum 2 minggu sebelum1 minggu sebelum BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM 56 JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, perbedaan kondisi emosi positif dan negatif pada kelompok minggu ketiga, kedua, dan pertama menjelang bulan Ramadan. Hasil uji disajikan pada tabel 2 dan 3. Tabel 2 memperlihatkan terdapat perbeda-an emosi positif yang signifikan dengan nilai signifikansi sebesar .019 ; =.05, sehingga perbedaan kondisi emosi negatif tidak signifikan. Penurunan emosi negatif dapat dikatakan tidak terjadi cukup kuat dengan datangnya bulan Ramadan. Hasil-hasil ini memperlihatkan kebahagiaan dapat meningkat, ditopang oleh semakin meningkatnya emosi positif seorang muslim dengan kedatangan bulan Ramadan. Selanjutnya berdasarkan hasil uji korelasi rank-spearman, diperoleh hasil sebagai berikut 1 Hasil uji korelasi antara emosi positif dengan waktu menjelang Ramadan menunjukkan koefisien korelasi sebesar .255 dengan signifkansi .006  = .05; N =117 sebagaimana disajikan pada tabel 4; dan 2 Hasil uji korelasi antara emosi negatif dengan waktu menjelang Ramadan menunjukkan koefisien korelasi sebesar dengan signifikansi .014  = .05; N =117 sebagaimana disajikan pada tabel 5. Dalam analisis korelasional kekuatan hubungan dilihat berdasarkan angka koefisien korelasi yang bergerak dari 0 hingga 1. Jika hasil analisa semakin mendekati angka 1, maka semakin kuat korelasi antara kedua variabel. Sebaliknya, jika hasil analisa semakin men-dekati nol, maka semakin lemah korelasinya Coolican, 2018. Angka koefisien korelasi dapat bernilai positif atau negatif. Hal ini menunjukkan arah hubungan antar variabel Coolican, 2018. Jika angka positif, maka kedua variabel bergerak ke arah yang sama. Saat satu variabel mengalami kenaikan, variabel lain yang berkorelasi mengalami hal yang sama, begitu pun sebaliknya. Jika angka negatif, maka kedua variabel bergerak ke arah yang berbeda. Ketika satu variabel mengalami kenaikan, variabel lain yang berkorelasi mengalami penurunan, begitu pun sebaliknya. Hasil analisis statistik memperlihatkan terdapat korelasi yang signifikan antara emosi positif maupun negatif dengan waktu menjelang Ramadan. Emosi positif berkorelasi positif dengan kedatangan bulan Ramadan. Artinya, semakin dekat Ramadan semakin meningkat emosi positif seorang muslim. Sementara, emosi negatif berkorelasi negatif dengan kedatangan bulan Ramadan. Artinya, seorang muslim semakin sedikit merasakan emosi negatif saat Ramadan datang. Semakin besarnya emosi positif dirasakan dibandingkan emosi negatif, semakin besar perasaan bahagia yang dirasakan seseorang. Tabel 4 Hasil Uji Korelasi Emosi Positif dengan Kedatangan Bulan Ramadan Tabel 5 Hasil Uji Korelasi Emosi Negatif dengan Kedatangan Bulan Ramadan BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, 57 Diskusi Hasil perbedaan rata-rata emosi positif yang signifikan menunjukkan adanya peningkatan keadaan emosi positif seiring makin dekatnya bulan Ramadan. Hal ini memperlihatkan bulan Ramadan mampu mendorong emosi positif seorang muslim, sehingga suasana kebahagiaan lebih mudah dirasakan. Namun demikian, rasa bahagia yang dirasakan tidak berarti menurunkan emosi negatifnya. Artinya, suasana pengalaman terkait emosi negatif masih dirasakan, namun intensitasnya lebih rendah dirasakan, dibandingkan emosi positif. Hal ini bisa dijelaskan dalam hasil analisis korelasi, dimana korelasi antara emosi positif dan datangnya bulan Ramadan bernilai positif, sedangkan korelasi antara emosi negatif dan datangnya bulan Ramadan bernilai negatif. Hal ini menunjukkan perasaan seorang muslim saat Ramadan datang berada dalam keadaan yang positif, sehingga mereka sedang dalam kondisi bahagia. Bulan Ramadan adalah bulan yang unik bagi komunitas muslim. Bulan ini sangat ditunggu kehadirannya dan menawarkan pengalaman yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya Syam, 2017; Zaprulkhan 2007. Dalam hal ritual ibadah, bulan ini menawarkan insentif positif, berupa pahala yang berlipat pada setiap kebaikan dan ibadah yang dilaksanakan. Hal ini menjadi salah satu pokok keyakinan dalam ajaran Islam. Umat Islam pun berbondong-bondong mengejar insentif ini. Maka, ia akan lebih bersemangat menjalankan ibadah sehari-hari. Masjid semakin ramai, nuansa religius pun semakin kuat. Pengalaman melaksanakan ibadah menjadi lebih menyenangkan dibandingkan bulan sebelumnya Zaprulkhan, 2007. Hal ini memudahkan orang untuk lebih intens beribadah. Apalagi ditunjang dengan keyakinan setiap ibadah bernilai pahala berlipat-lipat Syam, 2017. Usaha menjalan-kannya pun terasa semakin ringan, seiring ajaran dalam Islam yang menyatakan setan-setan dibelenggu selama bulan Ramadan. Hal ini terdapat dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw. bersabda “Ketika masuk bulan Ramadan, maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup”. Perasaan bahagia dalam menjalankan ibadah pun dapat semakin besar dirasakan Zaprulkhan, 2007. Nuansa kebahagiaan pada bulan Ramadan pun terkait dengan ibadah puasa. Aktivitas puasa ini diawali dengan makan sahur dan diakhiri dengan makan berbuka puasa. Pada banyak keluarga muslim, aktivitas ini seringkali menjadi ajang makan bersama-sama dengan keluarga, kerabat, rekan kerja, hingga kawan lama Hidayat, 2016; Khozin, 2017, sehingga momen ini menjadi salah satu momen istimewa. Berbagai kemudahan diterima untuk memudah-kan jalannya peristiwa makan bersama ini. Misalnya, jam kerja selama Ramadan disesuaikan, biasanya kantor-kantor memberi-kan kebijakan jam kerja yang lebih pendek. Jam masuk kerja menjadi lebih lambat, sementara jam pulang kerja menjadi lebih cepat. Hal ini memudahkan seorang muslim menjalani aktivitas makan bersama, baik pada saat sahur maupun berbuka puasa Khozin, 2017. Selain puasa, Ramadan diisi dengan beragam aktivitas ibadah rutin mulai dari tadarus Alquran, pengajian-pengajian, sholat tarawih berjamaah, hingga i’tikaf pada minggu terakhir bulan Ramadan. Aktivitas ibadah ini tidak sekedar dilaksanakan sendiri, tetapi dilaksanakan secara berjamaah. Tidak jarang, aktivitas ibadah pun menjadi ajang bertatap muka dengan tetangga atau orang lainnya. Nuansa positif dapat terasa, dengan adanya pengalaman bertegur sapa atau sekedar melepas rindu orang-orang yang sudah lama tidak bertemu Zaprulkhan, 2007. Dalam tradisi nusantara, terdapat pula hal-hal yang membentuk nuansa positif bulan Ramadan. Selain tradisi acara-acara adat untuk menyambutnya, bulan Ramadan juga identik dengan makanan-makanan khas yang biasanya jarang ditemukan pada bulan-bulan lainnya. Salah satunya adalah “kolak”, olahan makanan manis untuk berbuka puasa. Makanan olahan BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM 58 JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, ini dijual di berbagai tempat. Bahkan, banyak penjual musiman untuk jenis makanan ini, yang hanya berjualan di bulan Ramadan. Ataupun, mereka menambah item yang dijual dengan berbagai macam jenis kolak berharap meningkatkan omzet penjualan mereka Hidayat, 2016. Tradisi lain, yang tidak kalah unik dan menarik perhatian tersendiri adalah mudik lebaran. Mudik adalah aktivitas pulang ke kampung halaman menjelang Ramadan berakhir. Tradisi ini bahkan secara masif hanya terjadi di Indonesia, melibatkan pergerakan jutaan orang dari kota-kota besar di seluruh Indonesia Soebyakto, 2011. Tradisi mudik adalah suatu kewajiban, seberapa mahal ataupun sulitnya dilakukan, muslim di Indonesia pasti akan menjalaninya Iriyanto, 2012. Oleh karena itu, Ramadan pun dipersepsi sebagai saatnya pulang, berjumpa dengan orang tua, anak dan suami/ istri, hingga sanak-saudara lainnya. Maka, betapa bahagianya para muslim yang merantau ketika bulan Ramadan datang. Apalagi di Indonesia, banyak sekali masyarakat yang merantau, baik untuk tujuan sekolah maupun bekerja, meninggalkan kampung halamannya Iriyanto, 2012. Hal-hal ini memperlihatkan, baik dalam tradisi Islam maupun tradisi nusantara, kedatangan bulan Ramadan berkaitan dengan nuansa kebahagiaan seorang muslim. Suasana bahagia yang membangun nuansa bahagia dalam Ramadan, mampu mendorong terjadinya peningkatan emosi positif dalam diri muslim di Indonesia, sehingga bulan Ramadan tidak bisa dilepaskan dari keadaan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan sisi positif dalam dimensi psikologis manusia Carra, 2013; Seligman & Csikszentmihalyi, 2014; Seligman, Steen, Park, & Peterson, 2005. Kebahagiaan menjadi salah satu landasan utama dalam kajian mempelajari manusia yang sehat, baik secara fisik maupun psikologis Diener & Seligman, 2002. Kebahagiaan dalam konstruk psikologis adalah suatu keadaan dimana emosi positif lebih dirasakan dibandingkan emosi negatif Carra, 2013; Taufiq, 2012. Naik turunnya dua emosi yaitu positif dan negatif menjadi komponen penting dalam menentukan kebahagiaan. Dalam kondisi bahagia, tidak berarti emosi negatif menghilang 100 persen. Kedua emosi selalu berada beriringan, saling berganti mana yang muncul dan mana yang tenggelam. Dengan demikian, meskipun emosi positif dirasakan, emosi negatif tetap dapat muncul Carra, 2013. Hal ini terlihat dalam data penelitian, dimana emosi negatif tetap muncul meskipun lebih banyak emosi positif yang dirasakan. Namun demikian, Ramadan lebih kuat menaikkan kebahagiaan dibandingkan menurunkannya. Keadaan fluktuasi ini bersesuaian dengan konteks situasi di sekitarnya. Semakin dekat seseorang dengan situasi yang membahagiakan dirinya, maka semakin besar kebahagiaan yang dirasakan Costanza dkk., 2007; Rahardjo, 2007. Seseorang memiliki kecenderungan untuk mendekatkan diri pada situasi yang membahagiakan Buss, 2000. Situasi ini seringkali bersifat subjektif, sesuai dengan pemaknaan terhadap suatu keadaan. Hal ini mafhum terjadi, secara konsep kebahagiaan dilandasi pengalaman subjektif berkaitan dengan emosi positif yang paling bermakna Costanza dkk., 2007; Rahardjo, 2007. Kebahagiaan merupakan konstruk unik yang memiliki aspek-aspek kontekstual yang kuat Anggoro & Widhiarso, 2010. Hal ini terjadi dalam fenomena Ramadan bagi seorang muslim. Bulan Ramadan, bagi seorang muslim, memiliki makna yang mendalam. Tradisi-tadisi yang dijalankan, baik dalam konteks Islam maupun kultur budaya, membuat penghayatan akan makna bulan Ramadan semakin kuat. Bulan Ramadan menjadi salah satu peristiwa personal yang menawarkan keuntungan psikologis sehingga kebahagiaan dapat dirasakan Harmaini & Yulianti, 2014. Rasa bahagia pun semakin kuat, karena dalam bulan Ramadan terdapat banyak kesempatan melakukan kebaikan, dimana dalam Islam BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, 59 kebahagiaan diyakini datang bagi orang-orang yang melakukannya Sodiq, 2016. Bulan Ramadan mampu menjadi sumber kebahagiaan karena bulan ini pun merupakan ruang untuk mengekspresikan keimanan, dimana kegiatan beribadah maupun berbuat baik pada sesama dapat dilakukan dengan bebas, ditunjang oleh suasana yang positif. Hal ini dapat mendatangkan kebahagiaan, karena bagi seorang muslim iman adalah salah satu penyebab munculnya kenyamanan hidup, ketenangan, hingga kebahagiaan dalam kehidupan Najati, 2004. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian empiris yang berupaya menjelaskan adanya kebahagiaan berkaitan dengan bulan Ramadan berbasis data kuantitatif. Penelitian ini berhasil mengolah data bagaimana dinamika kebahagiaan seorang muslim saat datangnya Ramadan, ditinjau dari fluktuasi emosi positif dan negatif yang dirasakan. Penelitian ini tidak dirancang untuk mengeksplorasi kebahagiaan secara mendalam. Namun demikian, penelitian ini dapat memberi sumbangsih sebagai sumber data bagi penelitian lain tentang bulan Ramadan dan kebahagiaan yang lebih mendalam. Penelitian ini pun dapat menjadi model untuk melakukan penelitian kuantitatif dalam konteks perilaku keagamaan di masyarakat. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Diantaranya, penelitian fokus pada eksplorasi secara kuantitatif saat Ramadan datang, tetapi belum sampai menjelaskan pada bagaimana eksplorasi kebahagiaan dalam bulan Ramadan itu sendiri. Dengan demikian, pengembangan penelitian masih dapat dikembangkan ke arah tersebut. Namun demikian, jika penelitian serupa dapat dilakukan, maka untuk memperkuat analisa peningkatan kebahagiaan, dapat menggunakan responden yang sama pada setiap waktu pengamatan/ pengukuran kebahagiaan menjelang datangnya bulan Ramadan. Selain itu, penelitian masih terbatas pada kelompok santri yang memiliki ikatan kuat dengan peristiwa keagamaan seperti bulan Ramadan. Akan sangat menarik apabila penelitian diperluas jangkauannya pada partisipan dengan karakteristik lain, di luar kelompok santri. Hal ini dapat memberikan gambaran yang lebih luas secara kuantitatif, mengenai bulan Ramadan dan peningkatan kebahagiaan. Penelitian pun masih dapat dikembangkan, misalnya dengan studi eksperimen atau kuasi eksperimen, melalui pengamatan/ pengukuran kebahagiaan sebelum dan setelah bulan Ramadan dilalui. Penelitian kuantitatif dalam konteks perilaku beragama, seperti halnya penelitian bulan Ramadan dan peningkatan kebahagian ini, tidak serta-merta menafikan eksplorasi mendalam melalui studi kualitatif. Tentu saja studi kualitatif adalah hal yang penting dalam penelitian semacam ini, terutama dalam rangka memberikan informasi yang komprehensif dan mendalam. Namun demikian, metode kuantitatif dapat menghasilkan data yang lebih cepat serta dapat dipahami lebih mudah, sehingga semakin membumikan studi Psikologi dalam konteks perilaku beragama, khususnya dalam model penelitian kuantitatif. Dengan demikian, diharapkan perilaku beragama dapat dipahami dalam literatur-literatur penelitian, tidak hanya melalui teks-teks agama saja, yang lebih banyak membutuhkan ahli untuk menerjemahkannya. Simpulan Penelitian ini membuktikan kaitan antara datangnya bulan Ramadan dengan kebahagiaan seorang muslim. Kaitan antara datangnya bulan Ramadan dengan kebahagiaan seorang muslim dapat disarikan ke dalam dua karakteristik utama. Pertama, datangnya bulan Ramadan berkaitan dengan menguatnya emosi positif yang dirasakan. Kedua, datangnya bulan Ramadan berkaitan dengan melemahnya emosi negatif yang dirasakan. Temuan ini menjadi bukti empiris, khususnya secara statistik, bahwa kebahagiaan yang dirasakan seorang muslim ketika bertemu bulan Ramadan bukanlah kebetulan semata. Penguatan emosi positif tidak serta-merta menghilangkan emosi negatif. Namun demikian, datangnya bulan Ramadan BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM 60 JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, dapat menjadi media untuk menekan emosi negatif dalam diri dan menjadi momen positif yang mendatangkan rasa bahagia. Referensi Anggoro, W. J., & Widhiarso, W. 2010. Konstruksi dan identifikasi properti psikometris instrumen pengukuran kebahagiaan berbasis pendekatan indigenous psychology Studi multitrait-multimethod. Jurnal Psikologi, 372, 176-188. Bona. 2019, 4 Mei. Aneka tradisi sambut ramadan di Indonesia. Diunduh dari detikTravel Brdar, I. 2014. Positive and negative affect schedule PANAS. In Encyclopedia of Quality of Life and Well-Being Research. doi Buss, D. M. 2000. The evolution of happiness. American Psychologist, 551, 15-23. doi Carra, A. 2013. Positive Psychology The Science of Happiness and Human Strengths, Second Edition. doi Coolican, H. 2018. Research methods and statistics in psychology. Research Methods and Statistics in Psychology. DOI Costanza, R., Fisher, B., Ali, S., Beer, C., Bond, L., Boumans, R., & Snapp, R. 2007. Quality of life An approach integrating opportunities, human needs, and subjective well-being. Ecological Economics, 612-3, 267-276. doi Crawford, J. R., & Henry, J. D. 2004. The positive and negative affect schedule PANAS Construct validity, measurement properties and normative data in a large non-clinical sample. British Journal of Clinical Psychology. doi Diener, E., & Seligman, M. E. P. 2002. Very happy people. Psychological Science, 13, 81-84. doi Hadrawy, U. 2012, 12 Juli. Ubudiyah. Diunduh dari NU Online Harmaini, H., & Yulianti, A. 2014. Peristiwa-peristiwa yang membuat bahagia. Psympathic Jurnal Ilmiah Psikologi, 12, 109-119. doi Hidayat, A. 2016. Budaya konsumen bulan ramadan bagi masyarakat modern di Indonesia. IBDA` Jurnal Kajian Islam dan Budaya. doi Iriyanto, A. 2012. Mudik dan keretakan budaya. Humanika Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora. Khozin, M. 2017. Sukses ramadan. Aswaja NU Center PWNU Jatim dan Pengurus Pusat Lajnah Ta’lif Wan Nasyr LTN PBNU. Lyubomksky, S., Sheldon, K. M., & Schkade, D. 2005. Pursuing happiness The architecture of sustainable change. Review of General Psychology, 92, 111-131 doi Monoarfa, J. 2018, 4 Juni. 5 Tradisi Unik Ramadan di Nusantara. Diunduh dari regional kompas Muhopilah, P., Gamayanti, W., & Kurniadewi, E. 2018. Hubungan kualitas puasa dan kebahagiaan santri pondok pesantren Al-ihsan. Jurnal Psikologi Islam dan Budaya. 11, 53-66. doi Najati, M. „U. 2004. Psikologi dalam perspektif hadis. Jakarta Pustaka Al Husna Baru. Rahardjo, W. 2007. Kebahagiaan sebagai suatu proses pembelajaran. Jurnal Penelitian Psikologi. Seligman, M. E. P., & Csikszentmihalyi, M. 2014. Positive psychology An introduction. In Flow and the Foundations of Positive Psychology The Collected Works of Mihaly Csikszentmihalyi. doi Seligman, M. E. P., Steen, T. A., Park, N., & Peterson, C. 2005. Positive psychology progress Empirical validation of interventions. The American psychologist, 605, 410-421. doi Sodiq, A. 2016. Konsep kesejahteraan dalam Islam. Equilibrium, 32, 380-405 Soebyakto, B. B. 2011. Mudik lebaran studi BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, 61 kualitatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Syam, Y. H. 2017. Materi puasa ramadan. Elmatera Yogyakarta Taufiq. 2012. Positive psychology Psikologi cara meraih kebahagiaan. Prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami. Thompson, E. R. 2007. Development and validation of an internationally reliable short-form of the Positive and Negative Affect Schedule PANAS. Journal of Cross-Cultural Psychology, 382, 227-242. doi Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. 1988. Development and validation of brief measures of positive and negative affect The PANAS scales. Journal of Personality and Social Psychology, 546, 1063-1070. doi Zaprulkhan. 2007. Puasa ramadan sebagai terapi pencerahan spiritual. Jakarta Hikmah. BULAN RAMADAN DAN KEBAHAGIAAN SEORANG MUSLIM 62 JPIB Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Oktober 2019, ... Kelezatan dari makanan khas daerah yang disajikan selama bulan Ramadan biasanya mempunyai cita rasa yang khas sehingga banyak masyarakat yang menyukai masakan khas daerah tersebut. Makanan Khas daerah yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat biasanya sangat cocok dengan lidah masyarakat tersebut Royanulloh & Komari, 2019. Perilaku Konsumsi masyarakat ini sangat menarik. ...Yanti Mulia RozaGeofakta RazaliEndang FatmawatiGuntur Arie WibowoThis study aims to examine cultural and social identities associated with regional specialties and the consumption behavior of Muslim communities in Indonesia during the month of Ramadan. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. The results of the study show that regional specialties play an important role in the cultural and social identity of the Indonesian people, especially during the month of Ramadan. This can be seen from the consumption patterns of the people who prioritize regional specialties as the main menu when breaking the fast. In addition, regional specialties are also a medium for maintaining and developing cultural and social values that exist in society. This research also shows that cultural and social identities associated with regional specialties have influence on the consumption behavior of Muslim communities in Indonesia during the month of Ramadan. This can be seen from the tendency of people to prefer regional specialties that are in accordance with their cultural and religious values, as well as the desire to strengthen identity as part of a particular social group.... 2 Puasa yang wajib dijalankan oleh umat islam adalah puasa di bulan Ramadan karena termasuk kedalam rukun Islam. 3,4 Bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam karena akan menjalankan ibadah puasa sebulan penuh dengan menahan diri dari makan dan minum mulai fajar hingga senja. 6 Mereka memulai puasa setelah makan pertama sebelum matahari terbit yang dikenal dengan "sahur" dan mengakhiri puasa setelah matahari terbenam yang dikenal sebagai "buka puasa". ... Munifah AbdatBulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam karena akan menjalankan rukun Islam ketiga yaitu beribadah puasa sebulan penuh. Selama berpuasa, umat Islam membatasi kegiatan yang berpotensi membatalkan puasa seperti menelan air atau cairan saat perawatan gigi. Prosedur perawatan gigi dan mulut selama bulan Ramadan dianggap dapat beresiko membatalkan puasa sehingga mengakibatkan rendahnya kunjungan ke dokter gigi dan memilih menunda perawatanyang dapat menyebabkan kondisi gigi dan mulut bertambah buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemauan masyarakat melakukan perawatan gigi selama bulan puasa Ramadan berdasarkan persepsi pasien. Penelitian dilakukan selama 7 hari pada bulan Ramadan dengan total subyek 70 orang terdiri dari 35 orang kelompok intervensi dan 35 orang kelompok kontrol di Banda Aceh, Aceh menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden baik kelompok intervensi maupun kontrol setuju bahwa perawatan gigi beresiko membatalkan puasa dan sebagian diantaranya menyatakan mau ketika dalam keadaan darurat saja selama bulan Ramadan. Mayoritas berpendapat perawatan gigi seperti pembersihan karang gigi, prosedur penambalan, prosedur pencabutan, pemberian obat oles dan odontektomi dapat membatalkan puasa. Disimpulkan bahwa tingkat kemauan untuk melakukan perawatan gigi kali lebih besar pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol selama bulan Ramadan.... Kemudian sholat malam, membaca Al-Qur'an, zakat fitrah, Umrah bagi yang mampu. Bulan Ramadhan dimaknai oleh umat muslim untuk mencari kebaikan, sehingga seringkali masyarakat melakukan kegiatan bagi-bagi takjil kepada masyarakat lain menjelang waktu buka puasa, Royanulloh & Komari, 2019. ...Elvira FihtriAgus Machfud FauziThis study aims to determine the rationality of the participation of the Chinese in the celebration of the month of Ramadan in Krian District. According to Max Weber that individuals in carrying out social actions have a specific purpose and rational considerations. Rationalization is important before someone acts. Rationalization is simply defined as all possible considerations made by the Chinese before finally doing or acting in participating in the celebration of the Month of Ramadan. This study uses a qualitative method. The results of this study found that the actions of the Chinese were aimed at maintaining good relations between fellow religious communities, respecting Muslims who accepted the existence of the Chinese as ethnic minorities in Krian, and as social capital for the Chinese in the Krian community. These actions are carried out consciously, through social activities as a means or means of achieving the desired goals. The actions of the Chinese are also based on the rationality of social values and religious values. In addition, the actions of the Chinese are also based on reciprocal feelings and the behavior of the Javanese who are identical with helping, like to give in, so that there is no hostility. Because, even though they have Chinese ancestry, they have lived in Java for quite a long time. So often the daily actions of the Chinese are accustomed to the behavior of the Javanese.... Ramadhan merupakan bulan suci yang paling dinantikan oleh seluruh umat islam. Sebab, dibulan tersebut semua masyarakat yang memeluk agama islam diharuskan menjalani ibadah puasa sepanjang 30 hari Royanulloh & Komari, 2019. Puasa sendiri menjadi kegiatan yang memerlukan persiapan ekstra bagi yang menjalaninya karena mereka harus menahan diri dari kegiatan makan dan minum mulai waktu subuh sampai waktu mahgrib yang membuat cairan tubuh akan berkurang lebih cepat terlebih ketika melakukan aktivitas sehingga manusia yang menjalaninya akan merasa lemas. ... Lukman HakimOktavia MonalisaAdvertising is one way that companies use to promote their products or services to the public. The object analyzed in this research is the advertisement for Pocari Sweat version of Ramadhan 1442 H. As a commercial product, Pocari Sweat is not spared from a promotion so that Pocari Sweat makes an advertisement video with the theme of Ramadan. The purpose of this study was to analyze the audio visuals of the Ramadan 1442 H version of the Pocari Sweat advertisement. This study used a descriptive qualitative method using Roland Barthes' semiotic analysis approach. The results of this study indicate that the Ramadan 1442 H version of the Pocari Sweat advertisement intends to improve the company's image by using television advertising media and using rising actresses to become advertisement stars. In addition, this advertisement also intends to promote the product through advertising messages that the Pocari Sweat product is very useful for those who are fasting.... A Muslim is accustomed to fasting even outside the month of Ramadan. Royanulloh & Komari, 2019. Fasting is the willful refrainment from eating and drinking from dawn to sunset, with the intention and conditions. ...Sholehati Rofi'ah JamilFasting is familiar for Muslims around the world. One of the compulsory worship for Muslims is fasting during Ramadhan. Fasting is refraining from something that breaks fasting with a specific intention—fasting from dawn to sunset. Fasting not only suppresses appetite for food and drink but also restrains desire during the day. Fasting can also be said to be self-controlling from things that are detrimental or negative. We know that the current era of globalization has dramatically changed the pattern of people's lives. Good in terms of dress, talk, and food. Therefore this paper discusses fasting therapy as self-control. Various studies explained that fasting and getting the reward of fasting could also control emotions, avoid various diseases, and elevate human beings for the better. A person who does fasting will sincerely get a reward, the remission of sins, both sins in the past and sins that will come.... Konsep spiritualitas sendiri sudah banyak dikembangkan oleh banyak ahli yang kemudian diasumsikan sebagai suatu keadaan dimana individu menyadari bahwa dirinya adalah milik Tuhannya Fridayanti, 2015. Perspektif tersebut muncul ke dalam permukaan hidup individu dan dimanifestasikan dalam beragam perilaku yang semuanya berfokus pada pencarian makna hidup dan keseimbangan jiwa individu Jaenudin & Tahrir, 2019;Ramdani dkk., 2018;Royanulloh & Komari, 2019;Sumanty dkk., 2018. Kesadaran-kesadaran tersebutlah yang kemudian menciptakan suatu motivasi intrinsik This study aims to examine spiritual leadership in the context of the head of the family. ...Hasna Esa NisrinaMuhammad Irsyad Faruq Rina MasrurohSiti Khairun NisaThis study aims to examine spiritual leadership in the context of the head of the family. The spiritual leadership concept is lifted from Fry 2003 which is defined as a matter that consists of values, attitudes, and behaviors needed to intrinsically motivate oneself or others so that they have a sense of survival through spiritual vocation and membership. The construct approach used is the modification approach. The number of samples in this study amounted to 405 subjects with purposive sampling. The content validation used is in the form of CFA. Of the five dimensions measured, there is one falling dimension in testing, namely the meaning dimension. The other four dimensions, namely vision, altruistic love, hope/faith, and membership, can be measured by 26 valid and reliable items based on the confirmatory factor analysis and Cronbach alpha test. Measuring instruments developed can be used again for further RamayantiMelina HasanahtiAnnisa Rahmi RambeThe religious quality of a person cannot be judged by the quantity of worship he performs in the mosque or prayer room. The religious quality of a person can be judged from how sincere he is in socializing with society and nature. This paper attempts to describe the role of real working group students KKN at UIN North Sumatra Medan in improving the religious quality of the community during the month of Ramadan in Hessa Perlompongan Village. The method used in this paper is a qualitative descriptive study method. Data collection is based on reports that researchers collect in KKN activities in Hessa Perlompongan Village, through interviews, observations, and documentation. The results of this study indicate that UIN North Sumatra Medan students who carry out KKN in Hessa Perlompongan Village are happily welcomed by the community during the month of Ramadan. This is due to the role of students in inviting the community to prosper the mosque, making positive activities for children, and filling Ramadan activities with worship rituals and lectures "spiritual showers".Muhammad Hildan AziziStudi ini bertujuan untuk menguraikan penggambaran “Ramadan” yang mengacu pada kategori tanda menurut Peirce, yakni ikon, indeks, dan simbol pada komik dakwah bertema bulan Ramadan yang dipublikasi oleh akun Facebook The Muslim Show tahun 2019. The Muslim Show adalah komikus yang hasil karyanya telah menjangkau banyak negara, pesan-pesan dakwah dalam simbol semiotika komik yang digunakannya telah berhasil menjangkau umat Islam secara luas. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menganalisis delapan komik yang diunggah akun facebook The Muslim Show pada bulan April-Mei 2019. Semiotika visual menjadi alat analisis dalam mendeskripsikan makna dan tanda/simbol yang digunakan. Hasil studi ini menunjukkan 1 Ramadan adalah bulan yang dinanti umat muslim dengan suka cita juga dapat membangun emosi positif, bermanfaat untuk mengubur kebiasaan buruk, dan perlu keimanan yang kuat untuk menempuhnya, serta banyak tantangan fisik dan psikis yang menyertai baik dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika ibadah. 2 Penggunaan simbol terhadap barang-barang yang sering digunakan orang-orang pada zaman ini, serta warna sebagai indeks menjadikan komik ini secara universal dapat dipahami oleh khalayak di manca Muhammad RitongaHana Khoirany SinagaFina Rizkiyah HasibuanLailatul Fiska Sya'baniDuring Ramadan, the enthusiasm of the Muslim community to worship increases rapidly, but their enthusiasm tends not to get a container or not to be supported. This is due to a shortage of teachers, mentors, facilities, and others. Therefore, STAI As-sunnah students carry out community service activities to help make activities successful during Ramadan, especially for children. The research method used is the Participatory Action Research PAR research method. In PAR activities, researchers do not separate themselves from the situation of the community being studied but instead, merge into it and work with residents in conducting PAR. Then, PAR is oriented towards changing the situation, increasing the knowledge and ability of citizens to understand and change their situation for the better. In this study, activities will be centered on children. The results of community service include the field of education, a field of religion, and the field of creation or creativity. In education, it has successfully trained children in public speaking, introduced Arabic to children, and provided material on Sirah nabawiyah. Then, one day-one juz has been successfully carried out in the religious field, regular Ramadan studies, sentence thayyibah, and other positive activities. Finally, in the field of creation, origami creations and jelly cooking creations are carried out. All programs have been implemented well, and this has received support from all members of the village community, who are full of enthusiasm and excellent and high spirits, so the programs implemented are beneficial and can be realized. Hopefully, the activities will continue to run continuously after the community service activities are AugustiyaAyu LestariHeru BudimanMita AnggrainiThis study was conducted to create an instrument that measures the conditions of happiness felt by the Sundanese in Indonesia. This scale is named the Bingah Scale. The measurement instrument modification approach was used in this study, where the researcher had chosen the theoretical construct that was relevant to the happiness construct in the Sundanese, then made new items that measured the construct. This modification was carried out to get a more comprehensive measuring instrument because it was adjusted to the language and culture where the measuring instrument was used. The number of respondents involved in the study amounted to 526 participants who were the representations of the Sundanese who were selected using a purposive sampling technique. The results showed that there were 21 items, both psychometrically and feasible to be used as appropriate instruments to measure the condition of happiness in aim of this study was to develop a scale of happiness based on indigenous psychology approach and identify it's psychometric properties. The research was divided into three step of scenario 1. happiness construct exploration based on indigenous psychology approach; 2. Develop the construct into a scale of happiness Likert model; and 3. Identify it's psychometric properties reliability and validity. The psychometric properties analyses consist of internal consistency reliability alpha-Cronbach and construct validity convergent-discriminant. Multitrait-multimethod matrix was used on the analysis in order to identify the convergent-discriminant validity including three comparative scales Self-Esteem Scale Rosenberg, Self-Esteem Inventory Coopersmith, and PGC Morale Scale. The exploration result shows a unique indicators of happiness in the East native culture N=604. The psychometric properties analysis show the alpha reliability α= and the validity was psychometrically accepted N=111. The conclusion of this study happiness is a unique construct that consist of strong contextual aspects and the measurement of a native happiness should used a scale of happiness that based on indigenous psychology approach. Further result will be is one of worship rituals that is usually done by santri, but they have many activities in boarding school and campus that caused not only positive but also various negative effects. These effects may lower the productivity and life satisfaction, and increase negative emotion. This research aims to examine the relationship of fasting quality and happiness. This study used quantitative method with the fasting quality scale based on Al-Ghazali’s theory and Oxford Happiness Questionnaire, which is analyzed by Pearson analysis method. Total respondent for this research is 150 respondents. The result of this research shows that the quality of fasting had correlation with santri’s happiness, with percentage is When fasting santri avoided to do something bad, be more patient, and tried to do anything according with guidance from Allah that it causes positive emotion and satisfaction, so they have high quality of fasting and HidayatTulisan ini berusaha untuk mengungkap budaya konsumen di masyarakat modern Indonesia. Tulisan ini mengacu pada sistem tanda semiotika yang berusaha untuk membongkar tanda-tanda baik secara visual maupun mitos yang hidup dalam tatanan masyarakat modern. Sementara itu, pemikiran Jean P Baudrillard memberikan sumbangan yang sangat besar terkait dengan wacana simulasi dalam promosi, juga pandangannya tentang masyarakat konsumsi. Praktik analisis dari cultural studi sendiri mengacu pada kerangka multi-interdisipliner atas satu objek karena objek tersebut terhubung dengan beberapa komponen entitas yang harus ditelusuri. Ini menjadikan kerja bolak-balik untuk melihat sistem budaya konsumen dalam balutan wacana agama yang harus dikembalikan pada esensi dari agama tersebut. Dalam cultural studi, analisis tidak hanya membedah atau membongkar makna saja, melaikan harus sampai pada menjahit kembali atau merekonstruksi bangunan kembali. Hasilnya, ada usaha untuk membentuk kesadaran mengenai konsumsi yang baik dalam bulan ramadhan berdasarkan keimanan dalam mencapai nilai kemanusiaan. Kesadaran itu berupa pengetahuan kepada masyarakat tentang kesadaran untuk tidak mengonsumsi barang dari permainan simbol dan HarmainiAlma YuliantiThis research aimed to explore the events that experienced and made the teens happy. The survey method was conducted with a total sample of 51 boys and 159 girls of high school students in Pekanbaru City. The instrument was an open-ended question and the data processed by descriptive analysis. Based on the research results, the three major components that events make teens happy namely 1 Relation by includes events related to parents, family and peers. 2 Personal affective by of the events associated with the opposite sex, affection, the psychological benefits, hobbies, etc., and 3 achievement by includes events associated with achievement, graduation, ability to complete the task, and satisfactory CarraRemediating deficits and managing disabilities has been a central preoccupation for clinical psychologists. Positive Psychology, in contrast, is concerned with the enhancement of happiness and well-being, involving the scientific study of the role of personal strengths and positive social systems in the promotion of optimal wellbeing. Edmund ThompsonThis article reports the development and validation of a 10-item international Positive and Negative Affect Schedule PANAS Short Form I-PANAS-SF in English. A qualitative study N = 18 and then an exploratory quantitative study N = 407, each using informants from a range of cultural backgrounds, were used to identify systematically which 10 of the original 20 PANAS items to retain or remove. A same-sample retest study N = 163 was used in an initial examination of the new 10-item international PANAS's psychometric properties and to assess its correlation with the full, 20-item, original PANAS. In a series of further validation studies N = 1,789, the cross-sample stability, internal reliability, temporal stability, cross-cultural factorial invariance, and convergent and criterion-related validities of the I-PANAS-SF were examined and found to be psychometrically acceptable. David WatsonLee Anna ClarkAuke TellegenIn recent studies of the structure of affect, positive and negative affect have consistently emerged as two dominant and relatively independent dimensions. A number of mood scales have been created to measure these factors; however, many existing measures are inadequate, showing low reliability or poor convergent or discriminant validity. To fill the need for reliable and valid Positive Affect and Negative Affect scales that are also brief and easy to administer, we developed two 10-item mood scales that comprise the Positive and Negative Affect Schedule PANAS. The scales are shown to be highly internally consistent, largely uncorrelated, and stable at appropriate levels over a 2-month time period. Normative data and factorial and external evidence of convergent and discriminant validity for the scales are also presented. PsycINFO Database Record c 2010 APA, all rights reservedThe pursuit of happiness is an important goal for many people. However, surprisingly little scientific research has focused on the question of how happiness can be increased and then sustained, probably because of pessimism engendered by the concepts of genetic determinism and hedonic adaptation. Nevertheless, emerging sources of optimism exist regarding the possibility of permanent increases in happiness. Drawing on the past well-being literature, the authors propose that a person's chronic happiness level is governed by 3 major factors a genetically determined set point for happiness, happiness-relevant circumstantial factors, and happiness-relevant activities and practices. The authors then consider adaptation and dynamic processes to show why the activity category offers the best opportunities for sustainably increasing happiness. Finally, existing research is discussed in support of the model, including 2 preliminary happiness-increasing interventions. PsycINFO Database Record c 2012 APA, all rights reserved KumpulanCerita Seputar Ramadan untuk Temani Puasa. 29 May 2018. Ramadan dan Idulfitri yang hadir setahun sekali jadi peristiwa yang dinanti-nantikan umat Islam di seluruh dunia. Tidak terkecuali di Indonesia. Berbagai momen penting dan kisah yang tak terlupakan hadir meramaikan bulan penuh berkah tersebut. Meskipun tidak semuanya menyenangkan
Jakarta - Bulan Ramadan merupakan bulan yang paling mulia bagi umat Islam, karena pada bulan ini berbagai berkah dan rahmat diberikan oleh Allah SWT. Bulan Ramadan juga sebagai saksi dari peristiwa besar dan penting yang dialami Nabi Muhammad satu kisah Nabi Muhammad SAW di bulan Ramadan adalah kala beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril. Pendapat terkuat menyebut, peristiwa itu terjadi pada 17 Ramadan. Berikut Nabi Muhammad Menerima Wahyu PertamaDeni Darmawan dalam buku Keajaiban Ramadan mengatakan bahwa Allah SWT menambahkan kemuliaan bulan Ramadan dengan menurunkan Al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah ad-Dukhan ayat 3, اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَArtinya "Sesungguhnya Kami mulai menurunkannya pada malam yang diberkahi Lailatulqadar. Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan."Menurut hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menerima wahyu dalam dua keadaan. Pertama, terdengar seperti suara lonceng yang berbunyi keras dan dikatakan bahwa ini cara paling berat bagi SWT berfirman dalam surah Al Muzammil ayat 5إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًاArtinya" Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."Kedua, dikatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dalam keadaan seperti manusia biasa, menyerupai seorang laki-laki. Jibril mendatangi dengan berkata iqra` bismi rabbikallażī khalaq khalaqal-insāna min 'alaq iqra` wa rabbukal-akram allażī 'allama bil-qalam 'allamal-insāna mā lam ya'lam QS Al 'Alaq 1-5Al-Qur'an diturunkan secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan secara sekaligus. Al-Qur'an itu dua kali diturunkan. Pertama, diturunkan secara sekaligus pada malam Lailatulqadar ke Baitul Izzah di langit diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Al-Qurtubi menukil riwayat dari Muqatil bin Hayyan bahwa menurut kesepakatan, Al-Qur'an turun langsung sekaligus dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia dan secara berangsur-angsur diturunkan ke Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW dan orang-orang yang beriman dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah Nabi Muhammad Memenangkan Perang BadarMustafa Murrad dalam buku 'Umar ibn al-Khaththab sebagaimana diterjemahkan Ahmad Ginanjar Sya'ban dan Lulu M. Sunman mengisahkan bahwa Perang Badar terjadi pada suatu senja di hari ke-8 bulan Ramadan tahun ke-2 Hijriah. Umat Islam meninggalkan rumah mereka dan menyatakan ikut membela Rasulullah SAW melawan kaum gemuruh dan ringkik kuda bercampur aduk dengan suara pedang, tombak, perisai yang silih beradu. Debu lembah berpasir Badar membumbung meliut-liut bersamaan dengan muncratan dahsyat itu akhirnya dimenangkan oleh pasukan Muhammad SAW. Mereka berhasil memukul mundur dan menjadikan pasukan Makkah terpecah dan lari kocar-kacir. Dari Perang Badar inilah, umat Islam memperoleh kemenangan pertamanya sekaligus menjadi tonggak eksistensi dakwah itu dapat dibuktikan dengan kekuatan umat Islam yang setelah lebih dari tiga belas tahun ditindas oleh kaum Quraisy akhirnya menang. Tentu saja kemenangan ini mendorong umat Islam untuk semakin mengukuhkan dakwah dan meraih kemenangan-kemenangan Nabi Muhammad Melakukan Pembebasan Kota MakkahMasih dalam buku yang sama diceritakan, hingga tahun ke-8 Hijriah, pasukan muslim telah beberapa kali memenangkan pertempuran hingga membuat pengaruh agama Islam kian meluas. Sementara, kaum Quraisy kian melemah, bahkan beberapa klan Arab banyak yang bergabung dengan pasukan Nabi Muhammad SAW dan memeluk agama perdamaian dan gencatan senjata Hudaibiyah, yang semula ditandatangani pihak umat Islam dan Quraisy, pada akhirnya dilanggar oleh pihak Quraisy ketika mereka mempersenjatai klan Bakr untuk menyerang Khuza'ah yang memilih bergabung dengan pasukan hari kesembilan bulan Ramadan, matahari yang mulai merangkak menuju titik kulminasi Kota Madinah tampak bersiap. Sepuluh ribu orang tampak berbaris dan panas yang memanggang dan perut perih karena puasa tidak menyurutkan semangat memanjatkan doa dan berkhotbah sebentar, Rasulullah SAW kemudian memimpin pasukan itu bergerak menuju Makkah. Ketika sampai di perbatasan Rasulullah SAW meminta untuk menyalakan api di atas bukit-bukit yang mengelilingi Makkah ketakutan melihat besarnya pasukan Nabi Muhammad SAW dan menganggap bahwa ribuan obor itu akan membakar kota mereka. Kalangan Quraisy pun tak mampu menghadapi pasukan tersebut dan mereka hanya bisa tiba memasuki kota Makkah dengan penuh wibawa dan tanpa adanya perlawanan serta pertumpahan darah. Mula-mula, Beliau memasuki pelataran Ka'bah, bertawaf, mencium hajar aswad, bersembahyang di Ka'bah, dan menghancurkan ratusan patung dewa-dewa Arab di sekitar rumah ibadah itu Rasulullah SAW pun menerima baiat sumpah setia dari penduduk Makkah. Tak lebih dari dua tahun kemudian, sejumlah utusan klan tiba dari seluruh penjuru semenanjung Arab untuk menyatakan bergabung dengan Nabi Muhammad SAW. Pada tahun ini pula 10H/632M, Rasulullah SAW melaksanakan ibadah haji yang Video "Jual Parsel Buah-buahan, Pedagang Lumajang Raih Untung 10 Kali Lipat" [GambasVideo 20detik] kri/kri
\n \n mengarang cerita tentang bulan ramadhan
Dirangkumdari berbagai sumber, inilah 10 peristiwa penting yang terjadi di bulan suci Ramadhan ini; Baca juga: Cara Berbagi Sedekah dengan Mudah. 1. Bulan Diturunkan Al-Quran. Beberapa hari yang ditentukan itu adalah bulan Ramadhan. Bulan yang diturunkan di dalamnya (permulaan) Al- Qur'an sebagai petunjuk untuk manusia dan penjelasan Uploaded byAriev Oneheart 81% found this document useful 26 votes108K views1 pageCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document81% found this document useful 26 votes108K views1 pageContoh Karangan Aktivitasku Di Bulan Ramadhan Indo-InggrisUploaded byAriev Oneheart Full descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Kalaukita kumpulkan semua peristiwa-peristiwa sejarah Islam yang terjadi di bulan Ramadhan, tentu saja kisah Perang Badar adalah peritiwa yang paling terkenal dan sangat banyak terdapat hikmah dan pelajaran. Perang ini adalah perang besar pertama yang terjadi antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang kafir, yang ingkar kepada Allah. Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri. *** Oleh Anna Fitri Alhamdulillah, bersyukur dan bersyukur. Masih dikaruniai kesehatan dan kebahagiaan oleh Allah SWT. Memasuki Ramadan kedua di tengah Pandemi Covid-19, semoga Allah masih senantiasa melindungi diri ini, keluarga, sahabat, saudara, dan pembaca Fimela semua. Ramadan selalu membawa suasana berbeda. Tentu saja, karena Ramadan adalah bulan suci, bulan yang dihormati dan ditunggu-tunggu umat Islam. Bahkan aku yakin sahabat-sahabat yang berbeda keyakinan pun menghormati dan merasakan suasana lain ketika Ramadan. Keindahan toleransi lebih terasa ketika Ramadan. Di masa kecilku, Ramadan identik dengan kegembiraan mengaji menjelang buka puasa dan tarawih bersama teman-teman. Rumah besar di depan rumahku dijadikan musala dadakan untuk jamaah salat tarawih pada setiap bulan Ramadan. Aku tidak pernah absen tarawih di sana. Masih teringat serunya berburu tanda tangan penceramah tarawih di buku Kegiatan Ramadan. Kemudian semasa aku remaja, sudah ada sedikit romantisme di sana. Bersiap tarawih sambil nunggu gebetan lewat. Sungguh malu mengingatnya. Tetapi ada hal menegangkan juga, dilema ketika esok harinya ada ulangan di sekolah, sementara aku juga harus tarawih. Solusinya adalah aku tarawih sambil membawa catatan pelajaran. Di sela-sela mendengarkan ceramah yang kadang susah dipahami, aku baca catatan pelajaranku. Pernah ada tugas membuat puisi. Aku tarawih sambil memikirkan tugas puisi itu. Melihat warna mukena yang dominan putih tiba-tiba muncul ide untuk membuat puisi bertema hitam dan putih. Intinya bahwa di dunia ini selalu ada hal-hal yang bertolak belakang, seperti hitam dan putih. Lebih religius meskipun hanya di awal Ramadan harus kuakui. Begitulah adanya. Semoga Allah mengampuni. Sesampai di pertengahan Ramadan aku mulai sibuk membantu ibu membuat pesanan kue kering Lebaran. Ibuku pandai membuat kue kering Lebaran, karena itu pesanan berdatangan, meskipun dalam skala kecil, hal itu cukup menyibukkan kami. Saat yang kutunggu-tunggu adalah ketika bapak dan ibu mengajakku membeli baju Lebaran. Kucuri waktu untuk mencari kartu Lebaran yang akan kukirimkan kepada teman-teman sekolahku. Kartu-kartu Lebaran yang unik dan lucu. Sebelum libur Lebaran, kami berjanji akan saling berkirim kartu Lebaran. Dua puluh lima tahun lalu, libur Lebaran sangat lama. Hampir satu bulan. Tidak bertemu sekian waktu membuatku rindu pada teman-teman sekolahku. Karena itu di akhir Ramadan aku selalu menunggu datangnya Pak Pos yang membawa kartu Lebaran kiriman teman-temanku. Ucapan kocak dan konyol yang tertulis menjadi pengobat rindu. Pernah ada kartu Lebaran yang istimewa dari sahabatku yang sekarang menjadi seniman dan penyiar di salah satu TV Swasta di Jogja. Kartu Lebaran handmade, terbuat dari kertas daur ulang yang dihiasi rangka tulang daun Bodhi yang tumbuh di depan Balairung Universitas Gadjah Mada. Kertas daur ulang dan rangka daun Bodhi dibuat sendiri olehnya. Sangat istimewa. Saat ini masih tersimpan rapi. Tersimpan rapi di diary dan di memori. Itulah Ramadanku yang dulu, indah dan ceria. Pengalaman Ramadan Kedua di Tengah PandemiIlustrasi./Copyright yang sekarang, setelah menjadi istri, ibu dan menantu yang tinggal bersama ibu mertua, juga tak kalah indahnya. Mempersiapkan menu sahur dan berbuka menjadi rutinitas yang menyenangkan. Aku lebih mengutamakan memasak untuk sahur daripada untuk berbuka. Karena menu berbuka banyak tersedia di warung tetangga. Sedangkan menu sahur harus kusediakan sendiri. Sejak anak pertamaku ikut berpuasa, aku selalu berusaha menyediakan menu sahur lengkap. Supaya dia lebih bersemangat puasa. Nasi hangat yang baru, sayur berkuah, lauk berprotein yang menarik menurut versi anakku, dan sambal kesukaan suami kalau sempat. Tak lupa teh hangat, kurma dan madu sebagai tambahan suplemen. Aku tidak pandai memasak. Rasa masakanku tidak seenak masakan ibu. Tapi aku berusaha menyajikan yang terbaik. Untung ibuku pandai memasak. Variasi masakan rumah yang biasa aku makan sejak kecil di rumah ibu lumayan banyak. Sehingga mambantuku untuk memperkaya khasanah pengetahuan dunia kulinerku. Untungnya suami, anak, dan ibu mertuaku tidak rewel terhadap masakanku. Tidak terlalu mempermasalahkan soal rasa. Yang penting menu lengkap, sehat dan bergizi. Sahur pertama Ramadan tahun ini cukup menegangkan. Aku bangun pukul melewati meja makan, aku melirik penanak nasi yang baru kubeli kemarin sore. Terlihat lampu indikator di posisi warm. Aku lega, ibu mertuaku sudah masak nasi dan nasi sudah matang. Aku segera ke dapur memulai aktivitas di dapur. Menjerang air, memasak bakmoy, menggoreng tempe, menggoreng telur, dan membuat sambal kecap. Semua kondusif. Sempurna. Sudah siap sahur. Kubangunkan suami, anak dan ibu mertuaku. Ketika suamiku membuka penanak nasi, isinya beras terendam air. Ternyata ibu mertuaku lupa belum mencet tombol cook. Ambyar-lah kesempurnaan sahur pertama ini. Ibu merasa bersalah, dan langsung ke rumah kakak iparku, minta nasi. Untung masih ada. Alhamdulillah masih tertolong. Duh, sahur pertama yang mendebarkan dan mempertaruhkan harga diriku hahaha. Seperti kutuliskan di atas, tahun ini adalah tahun kedua Ramadan dalam suasana pandemi. Setelah satu tahun melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh, pada pertengahan bulan Ramadan ini sekolah tempatku mengajar menjadi sekolah percontohan untuk melaksanakan uji coba Pembelajaran Tatap Muka. Sekolah percontohan atau sekolah percobaan, aku juga kurang tahu. Setelah melengkapi berbagi sarana sekolah untuk menghadapi era new normal, menyusun formula jadwal dan berbagai SOP Standart Operating Procedure yang dirasa aman untuk semua warga sekolah, maka dimulailah kegiatan uji coba Pembelajaran Tatap Muka. Sempat merinding membayangkan bertemu sekitar dua ratus lima puluh siswa yang datang dari berbagai wilayah, dengan kondisi tak menentu. Tetapi the show must go on. Vaksin dan doa adalah bekal ikhtiar kami untuk tetap sehat. Kami mengawasi setiap gerak siswa di sekolah. Tak jemu-jemu kami memperingatkan siswa untuk tetap bermasker, sering cuci tangan, dan jaga jarak antar teman. Hal sederhana yang ternyata sulit sekali diterapkan. Siswa kerap membuka masker karena tidak tahan pengap. Siswa kerap bergerombol saking senangnya bertemu dengan teman-teman setelah satu tahun tak berjumpa. Tapi kami tak lelah untuk mengingatkan dan selalu mengingatkan mereka. Menanamkan kebiasaan baru demi keselamatan semua. Uji coba ini berlangsung dua minggu. Setelah dua minggu akan dievaluasi pelaksanaannya. Sungguh kami berharap bahwa uji coba Pembelajaran Tatap Muka di tengah bulan Ramadan ini memberikan hasil yang memuaskan, semua aman, dan tidak menciptakan klaster baru.ElevateWomen KarenaRamadan selalu bertepatan dengan masa panas dan terik - Masyarakat Quraisy di Arab sudah biasa melaksanakan puasa sebelum datang perintah untuk menjalankan ibadah tersebut pada setiap bulan Ramadan bagi umat Islam yang mukallaf. Dalam pelaksanaannya, Rasulullah juga melakukan beberapa amalan sunah lain selama berlangsungnya bulan suci ini. Pada zaman jahiliyah, bangsa Quraisy melaksanakan puasa setiap hari Asyura atau 10 Muharram. Menyikapi hal itu, Rasullah tidak serta merta langsung melarang. Bahkan, ia juga turut menganjurkan agar berpuasa pada 10 Muharram dengan niat yang berbeda. Menyambut Ramadan, kaum Quraisy biasanya juga mengerjakan hal-hal yang bersifat positif. Demikian pula dilakukan oleh Rasulullah. Ia lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara bersemedi. Mengutip artikel dengan judul "Sejarah Puasa Bangsa Arab dan Nabi Muhammad di Masa Jahiliyah" karya Alhafiz Kurniawan via laman NU Online, perilaku demikian disebut tahannuts atau tabarrur, yakni berlaku saleh selama bulan ramadan. Hingga kemudian turunlah perintah untuk menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh setiap memasuki ramadan bagi umat Islam yang mukallaf. Yang maksudnya ialah wajib dikerjakan untuk orang yang telah memenuhi persyaratan. Dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 183, Allah SWT telah berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ Yang arti terjemahannya adalah "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,". Amalan Sunah Selama Bulan Puasa Puasa dijalankan selama sehari penuh sejak sebelum terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari dengan cara tidak makan dan minum atau melakukan perbuatan yang bisa membatalkan ibadah tersebut. Dalam mengisi bulan ramadan yang penuh berkah, beberapa amalan lain juga bisa dilakukan dengan tujuan utama mendapatkan ridho dari Allah SWT lantaran bulan tersebut penuh dengan berkah. Di antara beberapa amalan sunah yang bisa dilakukan selama bulan ramadan adalah sebagai berikut 1. Sahur Salah satu hadis riwayat Bukhari, menyebutkan "Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan". Maka, dalam mengawali puasa itu sebaiknya didahului dengan makan sahur pada malam hari. 2. Menyegerakan Buka Berbeda dengan sahur yang paling baik dilakukan di akhir waktu, untuk buka sebaiknya disegerakan. Hal ini sesuai dengan salah satu hadis riwayat Ahmad yang menyatakan bahwa "Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka". 3. Menahan Lisan Dalam menjalankan ibadah puasa di bulan ramadan, umat Islam tidak hanya diwajibkan untuk menahan diri dari makan dan minum atau hal-hal yang membatalkan. Namun juga menahan lisan dari perkataan yang tidak ada manfaatnya, bahkan yang bisa mengakibatkan perbuatan tidak baik, seperti berbohong. 4. Sedekah Sedekah termasuk salah satu yang dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan ramadan. Memanfaatkan bulan yang penuh berkah, sedekah sebanyak-banyaknya bisa diperuntukkan kepada keluarga sendiri, teman, atau tetangga. Bahkan, salah satu yang terbaik ialah dengan cara memberi makan bagi orang yang akan berbuka. Hadis riwayat Ahmad menuturkan "Siapa saja yang memberi makanan berbuka kepada seorang yang berpuasa, maka dicatat baginya pahala seperti orang puasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut". Selain beberapa kegiatan di atas, amalan sunah lain yang bisa dilakukan dalam mengisi bulan ramadan adalah dengan cara iktikaf atau berdiam diri di dalam masjid. Selain itu, khatam alias membaca Al-Quran hingga selesai juga salah satu yang bisa juga Ramadan ala Rasulullah Kala Perang Badar dan Pembebasan Makkah Sejarah Hidup Nabi Muhammad Kisah Tahun Duka Amul Huzni Daftar Amalan Sunah Bulan Ramadhan Sahur, Sedekah, hingga I'tikaf - Pendidikan Kontributor Beni JoPenulis Beni JoEditor Dhita Koesno
Ramadhantepat di puncak Summer. 3. Tidak terdengar suara adzan, tidak ada kentungan atau imsak. 4. Buka puasa dengan hotdog, or burger. 5. Suasananya seperti bulan biasa. 6. Masjid Nurul Mustafa, di pinggir kota Johnston County, North Carolina, selalu marak saat ramadhan dengan lampu-lampu hias.
PERINGATAN DIRI Tazkirah Ramadan 2014…..Ramadan bulan alQuran…. from Keywords cerita menarik, ramadhan, puasa, ibadah, spiritual, makanan, tradisi, kegiatan, pengalaman, refleksi Ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi umat muslim di seluruh dunia. Bulan yang ditunggu-tunggu ini selalu membawa suasana yang berbeda dari bulan-bulan lainnya. Ada banyak cerita menarik tentang ramadhan yang bisa dibagikan. Puasa dan Ibadah Puasa adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat muslim selama bulan ramadhan. Dalam satu bulan penuh ini, kita harus menahan diri dari makan dan minum mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, selain dari puasa, ada banyak ibadah lain yang juga dilakukan selama bulan ramadhan, seperti sholat tarawih dan membaca Al-Quran. Spiritualitas Ramadhan juga menjadi waktu yang tepat untuk memperdalam spiritualitas. Selama bulan ini, banyak orang yang berusaha untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ibadahnya. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keimanan, seperti mengikuti kajian agama dan berdoa lebih banyak. Makanan dan Tradisi Setelah berpuasa seharian, tentu kita merasa sangat lapar dan haus. Makanan menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu ketika waktu berbuka tiba. Ada banyak makanan yang khas di bulan ramadhan, seperti kolak, ketupat, dan takjil. Selain itu, ada juga banyak tradisi yang dilakukan selama bulan ramadhan, seperti salat tarawih berjamaah dan tadarus Al-Quran. Kegiatan Selain beribadah, ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan selama bulan ramadhan. Banyak orang yang memilih untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif, seperti berolahraga atau membaca buku. Selain itu, ada juga banyak kegiatan sosial yang bisa dilakukan, seperti berbagi makanan dengan orang yang membutuhkan atau mengunjungi panti asuhan. Pengalaman Banyak orang yang memiliki pengalaman menarik selama bulan ramadhan. Mungkin ada yang merasa kesulitan dalam menahan lapar dan haus, atau ada juga yang merasa lebih dekat dengan Tuhan selama bulan ini. Setiap orang memiliki cerita dan pengalaman yang berbeda-beda selama bulan ramadhan. Refleksi Bulan ramadhan juga menjadi waktu yang tepat untuk merenung dan merenungi diri sendiri. Ada banyak hal yang bisa dipikirkan selama bulan ini, seperti memperbaiki diri, memaafkan orang lain, dan meningkatkan kualitas hidup. Refleksi ini bisa menjadi awal yang baik untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Kesimpulan Bulan ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa bagi umat muslim di seluruh dunia. Ada banyak cerita menarik tentang ramadhan yang bisa dibagikan kepada orang lain. Selain itu, bulan ramadhan juga menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan spiritualitas dan merenung. Semoga kita bisa memanfaatkan bulan ramadhan dengan sebaik-baiknya. Dansemakin termakan oleh waktu akhirnya semua menjadi kebiasaan. Disini saya akan menceritakan kegiatan sehari-hari saya selama bulan Ramadhan. Mulai bangun tidur, jam 3 saya sudah bangun untuk sahur, biasanya ibu yang membangunkan kalau nggak gitu saya alarm sendiri. Setelah makan sahur saya biasa nonton tv hingga adzan subuh berkumandang.
Edisi 25 1440H Tema Ramadhan بسم الله لرّحمان الرّحيم Para pembaca rahumakumullah. Sungguh telah tertulis dengan goresan tinta emas dalam kitab-kitab hadits dan biografi tokoh-tokoh umat sepanjang masa tentang kesungguhan dan semangat para ulama yang luar biasa di dalam mengisi waktu-waktu di bulan Ramadhan dengan berbagai amalan shalih. Dalam tulisan kali ini kami akan memaparkan secara ringkas kesungguhan sebagian mereka dalam beramal di bulan Ramadhan. Harapannya semoga kisah-kisah mereka akan memberikan semangat dan kesungguhan kepada diri kita dalam beramal di bulan Ramadhan. Semangat Para Ulama dalam Membaca al-Qur’an di Bulan Ramadhan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam telah menerangkan dalam banyak haditsnya tentang keutamaan membaca al-Qur’an, antara lain sebagai berikut artinya, “Permisalan orang beriman yang membaca al-Qur’an adalah seperti buah Utrujah jeruk sukade yaitu aromanya harum dan rasanya manis. Dan permisalan orang yang beriman yang tidak membaca al-Qur’an adalah seperti buah kurma yaitu tidak ada aromanya dan rasanya manis.” HR. al-Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 797 dari shahabat Abu Musa al-Asy’ari radhiallahuanhu “Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya al-Qur’an itu akan datang pada hari kiamat dalam keadaan memberikan syafaat pembelaan kepada para pembacanya.” HR. Muslim no. 804 dari shahabat Abu Umamah al-Bahili radhiallahuanhu Pada ulama pendahulu kita, mereka memperbanyak membaca al-Qur’an pada bulan Ramadhan baik dibaca dalam shalat maupun di luar shalat. Al-Aswad bin Yazid rahimahullah Beliau mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan pada setiap 2 malam sementara pada saat di luar bulan Ramadhan beliau biasa mengkhatamkan al-Qur’an pada setiap 6 malam. Adapun waktu istirahat beliau untuk tidur hanya pada waktu antara maghrib dan isya. Siyar A’lamin Nubala, [4/51] Al-Walid bin Abdil Malik rahimahullah Beliau biasa menghatamkan al-Qur’an pada setiap 3 hari di luar bulan Ramadhan. Adapun tatkala berada di bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak 17 kali. Siyar A’lamin Nubala, [4/347] Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah Ar-Rabi’ bin Sulaiman menceritakan, “Dahulu asy-Syafi’i biasa mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebanyak 06 kali selain yang dibaca dalam shalat. Sementara di luar bulan Ramadhan, pada setiap bulannya beliau biasa mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak 30 kali.” Tahdzibul Kamal, [1/335] Qatadah bin Di’amah as-Sadusi rahimahullah Beliau biasa mengkhatamkan al-Qur’an di luar bulan Ramadhan pada setiap 7 hari. Dan tatkala memasuki bulan Ramadhan pada setiap 7 hari. Dan tatkala memasuki bulan Ramadhan, beliau menghatamkan al-Qur’an pada setiap 3 hari. Kemudian apabila memasuki 10 hari terakhir dari Ramadhan, beliau mengkhatamkan al-Qur’an pada setiap harinya. Siyar A’lamin Nubala, [5/276] Sa’id bin Jubair rahimahullah Beliau juga biasa mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan pada setiap 2 malam. Siyar A’lamin Nubala, [4/325] Zabid al-Yami al-Kufi rahimahullah Apabila memasuki bulan Ramadhan maka beliau menghadirkan al-Qur’an dan para shahabatnya berkumpul di sekitar beliau. Bughyatul Insan fi Wazhaif Ramadhan li Ibni Rajab, hal. 46 Waki’ bin al-Jarrah rahimahullah Beliau biasa membaca al-Qur’an pada malam harinya di bulan Ramadhan dengan 1 kali khatam 30 juz dan sepertiga al-Qur’an 10 juz, kemudian di siang harinya melakukan shalat dhuha sebanyak 12 rakaat. Siyar A’lamin Nubala, [12/109] Abul Qosim Ibnu Asakir rahimahullah Al-Qosim bin Ali – tatkala menyifati sang ayah yaitu Ibnu Asakir – mengatakan, “Beliau dahulu adalah orang yang tekun melaksanakan shalat berjama’ah dan membaca al-Qur’an, beliau biasa mengkhatamkan al-Qur’an pada setiap Jum’at dan mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan pada setiap harinya.” Siyar A’lamin Nubala, [20/562] Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah Beliu biasa mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan pada setiap 3 malam. Dan ketika memasuki 10 hari yang terakhir, maka beliau mengkhatamkannya setiap 2 malam. Lathaif al-Ma’arif li Ibni Rajab al-Hanbali, hal. 318 Sufyan ats-Tsauri rahimahullah Abdurrazaq rahimahullah berkata, “Dahulu Sufyan ats-Tsauri apabila memasuki bulan Ramadhan maka beliau meninggalkan manusia dan konsentrasi untuk membaca al-Qur’an.” Bughyatul Insan fi Wazhaif Ramadhan li Ibni Rajab, hal. 46 Muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahullah Pada saat bulan Ramadhan, beliau biasa menkhatamkan al-Qur’an setiap hari pada sat siang hari dan mengkhatamkan al-Qur’an setiap 3 malam yang dilakukan setelah melaksanakan shalat tarawih. Siyar A’lamin Nubala, [12/439] Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Adapun terkait dengan larangan dari Rasulullah tentang tidak bolehnya mengkhatamkan al-Qur’an kurang dari 3 hari maka demikian maksudnya adalah apabila dilakukan secara terus menerus kurang dari 3 hari. Namun apabila yang demikian ini dilakukan sesekali pada waktu-waktu yang memiliki sesekali pada waktu-waktu yang memiliki keutamaan seperti bulan Ramadhan terkhusus pada saat malam-malam yang diharapkan padanya lailatul qadr atau pada tempat-tempat yang utama seperti Mekkah bagi orang yang memasukinya dan bukan merupakan penduduk Mekkah, maka disunnahkan untuk memperbanyak membaca al-Qur’an untuk mengambil kesempatan meraup pahala yang terkait dengan waktu. Ini adalah pendapat al-Imam Ahmad dan Ishaq serta para ulama lainnya.” Lahtif al-Ma’arif li Ibni Rajab al-Hanbali, hal. 183 Semangat Para Ulama dalam Menegakkan Shalat Malam di Bulan Ramadhan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam telah menerangkan tentang keutamaan menegakkan shalat malam di bulan Ramadhan antara lain dalam sabdanya artinya, “Barangsiapa menegakkan shalat malam di bulan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” HR. al-Bukhari no. 2009 dan Muslim no. 759 dari shahabat Abu Hurairah radhiallahuanhu Mari kita lihat bagaimana semangat pada ulama yang luar biasa di dalam melakukan shalat malam. As-Saib bin Yazid rahimahullah berkata, “Umar bin Khattab memerintahkan Ubay bin Ka’b dan Tamim ad-Dari untuk mengimami kaum muslimin pada shalat malam di bulan Ramadhan. Imam membaca al-Qur’an sampai 200 ayat dalam 1 rakaat sampai-sampai kami bertelekan pada sebuah tongkat karena lamanya berdiri dan tidaklah kami selesai dari shalat melainkan selesai saat menjelang subuh.” Muwatha’, [1/341] dan Ma’rifah Sunan wal Atsar, [4/208] Abdullah bin Abi Bakr rahimahullah berkata, “Aku mendengar ayahku mengatakan, Kami dahulu begitu selesai dari melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan, para pelayan pun segera mempersiapkan makanan sahur karena khawatir akan masuk waktu subuh’.” Syu’abul Iman, [3/177] Nafi’ bin Umar bin Abdillah rahimahullah berkata, “Aku mendengar Ibnu Abi Mulaikah mengatakan, Dahulu aku mengimami manusia pada bulan Ramadhan, maka akupun membaca surat Fathir dan yang semisalnya pada 1 rakaat. Tidak ada berita yang sampai kepadaku bahwa ada satu orang jamaah merasa keberatan dengan yang demikian’.” Mushannaf Ibni Abi Syaibah, [2/392] Abul Asyhab rahimahullah mengatakan, “Dahulu Abu Raja’ mengkhatamkan al-Qur’an bersama kami dalam shalat malam di bulan Ramadhan pada setiap 10 malam.” Hilyatul Auliya, [2/306] Imran bin Hudair rahimahullah mengatakan, “Dahulu Abu Mijlas melaksanakan shalat malam di sebuah perkapungan di bulan Ramadhan dengan mengkhatamkan al-Qur’an pada setiap 7 malam.” Mushannaf Ibni Abi Syaibah, [2/162] Abdurrahman bin Hurmuz rahimahullah berkata, “Dahulu para imam shalat tarawih biasa membaca surat al-Baqarah untuk 8 rakaat. Ketika para imam tersebut menjadikan surat al-Baqarah untuk 12 rakaat maka manusia pun menilai bahwa pada imam telah meringankan untuk mereka.” Mushnnaf Abdirrazaq ash-Shan’ani, [4/262] Kedermawanan dan Kemurahan Para Ulama di Bulan Ramadhan Shahabat Ibnu Abbas radhiallahuanhu berkata, “Dahulu Rasulullah adalah manusia yang paling dermawan dan pemurah dalam memberikan kebaikan dan beliau lebih pemurah dan dermawan lagi tatkala di bulan Ramadhan. Sesungguhnya malaikat Jibril menemui beliau pada setiap tahunnya di bulan Ramadhan sampai selesai bulan Ramadhan maka Rasulullah membacakan al-Qur’an kepada Jiabril, Ketika bertemu dengan Jibril, Rasulullah semakin pemurah dan dermawan dalam kebaikan melebihi angi yang berhembus.” HR. al-Bukhari no. 5 dan Muslim no. 4268 dari shahabat Ibnu Abbas radhiallahuanhu Abdullah bin Umar rahimahullah Beliau selalu menyiapkan makanan berbuka untuk orang-orang miskin dan anak-anak yatim dan berbuka puasa bersama mereka. Apabila keluarganya melarang Ibnu Umar untuk berbuka bersama mereka, maka Ibnu Umar pun tidak makan pada malam itu. Apabila datang seorang peminta-minta dalam keadaan beliau maka beliau memberikan makanannya tersebut kepada si peminta-minta. Hingga pernah suatu hari seperti itu, kemudian ketika beliau kembali lagi untuk makan ternyata keluarganya telah memakan makanan yang tersisa. Maka beliau pun berpuasa pada keesokan harinya dalam keadaan tidak memakan makanan apapun. Lathaif al-Ma’arif li Ibni Rajab al-Hanbali, hal. 168 Ibnu Syihad az-Zuhri rahimahullah Apabila memasuki bulah Ramadhan beliau mengatakan, “Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan untuk membaca al-Qur’an dan memberi makanan.” Lathaif al-Ma’arif li ibni Rajab al-Hanbali, hal. 318 Hammad bin Abi Sulaiman rahimahullah Pada bulan Ramadhan, setiap hari beliau memberi makanan buka puasa untuk 50 orang. Kemudian pada saat malam Idul Fithri beliau memberi hadiah pakaian kepada orang-orang tersebut. Tahdzibul Kamal, [7/277] Wallahu a’lam bishshawwab. Semoga bermanfaat. Penulis Ustadz Muhammad Rifqi hafizhahullah
Denganbahagia Bili langsung berlari menuju dapur dan mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin yang tentunya akan menyegarkan tenggorokannya. Satu gelas dia minum air es itu, di depan ibunya yang baru keluar dari kamar mandi setelah mengambil wudhu. "Kamu ngapain, kok minum, sayang loh puasanya, kan jadi batal!". My Ramadan Story/copyright Jakarta Ramadan menjadi bulan yang spesial bagi setiap orang. Tak hanya umat Islam yang menjalankannya, tapi juga umat agama lain. Momen mudik, berbuka puasa dan berbagi menjadi momen yang penuh dengan kenangan. Meskipun tahun ini kembali kita masih menjalankan Ramadan di masa pandemi, bukan berarti kita melupakan keseruannya. Bagaimana kamu memaknai Ramadan? Bagaimana Ramadanmu tahun ini atau sebelumnya? Menyambut kehadiran orang baru atau justru harus merelakan? Atau kamu ingin berbagi keseruanmu saat Ramadan? Yuk, bagikan keseruan Ramadanmu di Share Your Stories bulan April ini dengan tema My Ramadan Share Your Stories My Ramadan StoryIlustrasi my ramadan story/copyyright shutterstockSebelum mengirim tulisanmu, pastikan kamu memahami ketentuan menulis Share Your Stories. Tulis kisahmu minimal 4 paragraf panjang. Cerita yang ditulis tidak berbau SARA. Tulis ceritamu dalam bahasa Indonesia. Cerita harus orisinil dan belum dipublikasikan sebelumnya. Cerita harus berdasar pengalaman pribadi atau orang lain dan bukan fiksi. Buat judul yang semenarik mungkin Submit ceritamu di Batas submit cerita 30 April 2021 Pengumuman pemenang melalui website 03 Mei 2021 Akan ada hadiah menarik untuk tulisan yang terpilih 5 Hadiah e-Voucher masing-masing Rp persembahan Moselo 10 Hadiah Hiburan e-Voucher masing-masing Rp persembahan Moselo Kami tunggu cerita Ramadanmu yang menginspirasi. Penting! Pastikan kamu memiliki akun facebook dan email aktif. Tulisan yang sudah diterima oleh redaksi Fimela, menjadi hak milik Fimela dan tidak bisa ditarik kembali oleh pengirim. Tulisan yang sudah ditayangkan di halaman tidak dapat diturunkan atau diubah. Tulisanmu yang sudah dikirimkan ke tidak boleh diunggah ke media lain. Sampaikan dalam naskah tulisanmu jika namamu tidak ingin dicantumkan. Semua tulisan yang dikirim akan dikurasi oleh redaksi Fimela. Redaksi berhak mengubah judul yang ditulis pembaca. ElevateWomen
ContohTema Ceramah Ramadhan Sumber www.unsplash.com. Bulan Ramadhan adalah bulan saat diturunkannya Al-Quran. Peristiwa diturunkannya Al-Quran menjadikan salah satu bukti keistimewaan Bulan Ramadhan. Peristiwa Lailatul Qadar. Malam antara 10 hari terakhir Ramadhan saat diturunkannya Al- Quran, disebut Lailatul Qadar.
PendahuluanPuasa itu sangat istimewaIbadah puasaMemperbanyak salat malamPendahuluanBismillahSelalu saja decak kagum menghampiri, saat membaca kisah para salafus shalih orang-orang saleh terdahulu. Jejak kehidupan hamba-hamba Allah Ta’ala yang jujur. Hari-hari mereka sibuk dengan amal kebajikan. Seperti mustahil amalan dahsyat itu dilakukan oleh manusia. Namum, mereka manusia, sebagaimana kita juga manusia. Mereka bisa, kita pun punya peluang untuk bisa, dengan taufik dan bimbingan dari Allah Azza wa ingin memcari inspirasi, kisah hidup mereka amat pantas dijadikan bahan. Membaca biografi mereka, menumbuhkan secercah semangat untuk menghadapi kehidupan ke depan. Menjadi insan yang lebih baik dan meninggalkan kenangan-kenangan indah di kehidupan fana. Sebelum melangkah bertemu Sang berlebihan apabila sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu mengatakan,من كان منكم مستناً فليستن بمن قد مات، فإن الحي لا تؤمن عليه الفتنة، أولئك أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، كانوا أفضل هذه الأمة، أبرها قلوباً، وأعمقها علماً، وأقلها تكلفاً، قوم اختارهم الله لصحبة نبيه، وإقامة دينه، فاعرفوا لهم فضلهم، واتبعوهم في آثارهم، وتمسكوا بما استطعم من أخلاقهم ودينهم، فإنهم كانوا على الهدى المستقيم“Siapa yang ingin mencari teladan, carilah teladan dari orang-orang yang sudah meninggal. Karena sesungguhnya orang yang masih hidup itu tidaklah aman dari fitnah ketergelinciran. Mereka adalah sahabat Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Generasi termulia dari umat ini yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling anti berlebihan dalam Ta’ala memilih mereka untuk menjadi sahabat nabi-Nya. Demi menegakkan agama-Nya. Maka dari itu, akuilah keutamaan mereka dan ikutilah prinsip mereka. Dan contohlah budi pekerti mereka semampu kalian. Karena sungguh mereka berada di atas petunjuk.” Dinukil oleh Ibnu Abdil Baar dalam kitabnya Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih.Lebih-lebih, di bulan mulia seperti Ramadan, saat pahala dilipatgandakan lebih daripada bulan-bulan yang lain. Kita dapati hari-hari mereka penuh dengan kegiatan ibadah dan berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama. Banyak riwayat yang mengisahkan kesungguhan mereka dalam beribadah di bulan penuh berkah ini. Pada artikel yang ringkas ini, akan dipaparkan beberapa ibadah yang sangat istimewa bila mengisi bulan Ramadan kita dan ditambahkan keteladaan ibadah para salaf di bulan Juga Tangisan Ulama Tersentuh oleh Al-QuranPuasa itu sangat istimewaAllah Ta’ala mengabarkan bahwa kitab suci yang mulia; Al-Quran, diturunkan di bulan Ramadan. Allah Ta’ala berfirman,شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil” QS. Al-Baqarah 185.Ditambah lagi, banyak keistimewaan yang Allah Ta’ala tetapkan di bulan suci ini. Di antaranya adalah sebagai berikutPertama, bau mulut orang yang puasa, di sisi Allah Ta’ala itu lebih harum dari para malaikat mendoakan ampunan untuk orang yang berpuasa hingga tiba waktu setiap hari di bulan Ramadan Allah Ta’ala memperindah surga-Nya, seraya mengatakan,يوشك عبادي الصالحون أن يلقوا عنهم المئونة والأذى ثم يصير إليك“Hamba-hambaku yang saleh hampir saja memikul beban berat dan kesusahan. Kemudian mereka menuju kepadamu wahai surga.”Keempat, setan-setan pintu-pintu surga ada malam lailatul qadr yang lebih baik dari 1000 bulan. Siapa yang tak beruntung bertemu dengan malam itu, sungguh dia telah terhalang dari kebaikan yang orang-orang yang puasa mendapatkan ampunan di malam akhir setiap malam puasa, Allah Ta’ala membebaskan orang-orang yang akan masuk keistimewaan Ramadan yang demikian dahsyat, kira-kira bagaimana sikap yang tepat dalam menyambutnya? Apakah pantas direspon dengan aktivitas tak bermanfaat, bahkan mengandung dosa? Atau begadang bukan untuk amal kebaikan dan bermalas-malasan? Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari sikap-sikap buruk yang saleh akan menyambut Ramadan dengan taubat yang jujur dan tulus. Selain itu, diiringi tekad yang kuat untuk mengisinya dengan amal-amal saleh. Seraya memohon kepada Allah Ta’ala agar diberi pertolongan untuk bisa beribadah dengan Juga Fatwa Ulama Apakah Zakat dan Sedekah hanya Khusus di bulan Ramadan?Ibadah puasaRasululllah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,كل عمل بن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف، يقول عز إلا الصيام فانه لي و أنا أجزى به ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلى للصائم فرحتان فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه و لخلوف فمالصائم أطيب عند الله من ريح المسك الصيام جنة فإذا كان صوم يوم أحدكم فلا يرفث و لا يصخب فان سابه أحد أو قاتله فليقل إني صائم“Seluruh amal baik anak Adam pahalanya akan dilipatkan sepuluh sampai tujuh ratus kali, kecuali puasa. Kata Allah, sungguh puasa itu untuk-Ku. Aku memberi ganjaran puasa. Karena orang yang puasa telah meninggalkan syahawatnya, makanan, dan minumannya. Orang yang puasa mendapatkan dua kebahagiaan. Bahagia saat berbuka dan bahagia ketika berjumpa Rabbnya. Dan bau mulut orang puasa lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi” HR. Bukhari dan Muslim.Beliau Shallallahu alaihi wasallam juga bersabda,مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ“Siapa yang melakukan puasa Ramadan karena motif keimanan dan harapan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” HR. Bukhari dan Muslim.Namun ingat, bahwa pahala besar di atas tidak cukup diraih hanya dengan tidak makan tidak minum saja. Akan tetapi, harus disertai pengamalan terhadap pesan Nabi Shallallahu alaihi wasallam berikut ini,مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan zur perkataan dusta, mengamalkannya, atau tindakan bodoh, maka Allah tidak butuh atas usahanya dalam menahan rasa lapar dan dahaga” HR. Bukhari.Dan juga sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam,الصوم جنّة، وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث، ولا يفسق ولا يجهل، فإن سابّه أحد فليقل إني امرؤ صائم“Puasa adalah perisai. Jika kalian sedang puasa janganlah berkata kotor, jangan berbuat fasik, jangan berbuat bodoh dosa. Bila ada yang menghinanya, responlah dengan ucapan Aku sedang berpuasa.’” HR. Bukhari dan Muslim.Memperbanyak salat malamNabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,ومن قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه”Barang siapa yang berdiri menunaikan salat di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” HR. Bukhari dan Muslim.Al-Qur’an juga mengandung motivasi salat malam. Allah Ta’ala berfirman,وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا ‎﴿٦٣﴾‏ وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا“Hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” QS. Al-Furqan 63-64.Melakukan salat malam adalah kebiasaan Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat beliau. Ibnunda Aisyah Radhiyallahu anha pernah berpesan,لا تدع قيام الليل فإن رسول الله كان لا يدعه وكان إذا مرض أو كسل صلى راقدا“Jangan kalian tinggalkan salat malam. Karena Rasulullah tidak pernah meninggalkan salat malam. Jika beliau sakit atau sedang tidak fit, beliau salat malam dengan duduk.”Umar bin Khotob Radhiyallahu ’anhu menghidupkan malam Ramadan dengan salat sampai batas akhir kemampuan beliau. Kemudian bila telah tiba tengah malam, beliau membangunkan keluarga beliau supaya bersama menjalankan solat. Saat membangunkan, biasanya Umar berkata,“Salat… salat…“Baca JugaDoa Sepanjang RamadhanHukum Tadarusan di Bulan RamadhanSeraya membaca ayat,وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ“Perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan salat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa” QS. Taha 132.Suatu hari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu membaca ayat,أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّه“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya” QS. Az Zumar 9.Kata Ibnu Umar, yang dimaksud ayat ini adalah Ustman bin Affan Radhiyallahu ’anhu. Kemudian Ibnu Abi Hatim menerangkan ucapan Ibnu Umar,وإنما قال ابن عمر ذلك لكثرة صلاة أمير المؤمنين عثمان وقرائته حتى أنه ربما قرأ القرآن في ركعة“Ibnu Umar menjelaskan demikian, karena Amirul Mukmini; Utsman sering melakukan salat malam dan banyak membaca Al-Qur’an. Bahkan dikatakan seakan beliau membaca Al-Qur’an seluruhnya dalam satu rakaat.”Kemudian kisah tentang salat malamnya sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ’anhu yang diceritakan oleh Alqamah bin Qais,بت مع عبد الله بن مسعود رضي الله عنه ليلة فقام أول الليل، ثم قام يصلي فكان يقرأ قرائة الإمام في مسجد حيه يرتل ولا يراجع، يسمع من حوله ولا يرجع صوته حتى لم يبق من الغلس إلا كما بين أذان المغرب إلى الانصراف منها ثم أوتر“Aku pernah menginap bersama Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu. Di awal malam beliau salat. Beliau membaca ayat-ayat yang dibaca imam masjid kampung beliau. Beliau membaca dengan tartil dan pada rakaat berikutnya, beliau tidak mengulang kembali ayat yang beliau baca. Orang-orang yang berada di sekitar beliau malam itu mendengar bacaan beliau. Beliau terus salat hingga malam hanya tersisa sedikit, seukuran jarak waktu antara azan magrib sampai selesai salat magrib. Lalu beliau menutup salat malam dengan witir.”Di dalam hadis dari sahabat Said bin Zaid diceritakan, ”Imam salat malam di masa sahabat, pent. membaca ratusan ayat. Hingga kami para makmum harus bertumpu pada tongkat karena saking lamanya salat.” Beliau menambahkan, “Para sahabat Nabi biasanya tidak selesai salat malam kecuali di saat waktu subuh tiba.”Catatan pentingDiusahakan mengikuti salat tarawih bersama imam sampai selesai. Agar mendapat pahala seperti orang-orang yang rajin salat malam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,من قام مع الإمام حتى ينصرف كتب له قيام ليلة“Siapa yang salat Tarawih bersama imam, maka akan dicatat untuknya salat malam satu malam penuh” HR. Ahlus Sunan.[Bersambung]Baca Juga***Penulis Ahmad Anshori, .
  • omm119tqq7.pages.dev/912
  • omm119tqq7.pages.dev/866
  • omm119tqq7.pages.dev/418
  • omm119tqq7.pages.dev/65
  • omm119tqq7.pages.dev/210
  • omm119tqq7.pages.dev/437
  • omm119tqq7.pages.dev/722
  • omm119tqq7.pages.dev/77
  • omm119tqq7.pages.dev/305
  • omm119tqq7.pages.dev/68
  • omm119tqq7.pages.dev/735
  • omm119tqq7.pages.dev/848
  • omm119tqq7.pages.dev/208
  • omm119tqq7.pages.dev/119
  • omm119tqq7.pages.dev/128
  • mengarang cerita tentang bulan ramadhan